Bahkan, lanjut Roy, pada 21 Mei lalu BPOM menanyakan langsung keberadaan beras plastik di negara lain kepada World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia. ”Kami dapat jawaban, tidak pernah ada,” ucapnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebutkan bahwa tanda fisik beras yang diduga beras plastik, seperti warnanya yang lebih bening, sebenarnya adalah beras biasa. Sebab, memang ada jenis beras tertentu yang wujud fisiknya seperti itu. ”Itu jenis beras lokal, aman dikonsumsi,” ucapnya.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menambahkan, pihaknya juga langsung meminta informasi kepada pemerintah Tiongkok terkait adanya isu beras plastik yang berasal dari negara tersebut. Namun, hasilnya negatif. ”Kami juga tanya ke Malaysia. Katanya juga ada isu beras plastik di sana. Tapi, setelah diselidiki juga tidak benar,” terangnya.
Di pihak lain, Senior Manager Corporate Communication Sucofindo Hotma Muliana Sibuea juga tidak merespons telepon serta SMS Jawa Pos (induk Bandung Ekspres). Berdasar informasi dari salah seorang staf Sucofindo, Hotma dan petinggi Sucofindo yang lain sedang mengadakan rapat terkait temuan berbeda Polri dan BPOM tersebut. ”Itu membuat suasana cukup tegang di Sucofindo sejak sore,” ujar sumber tepercaya tersebut.
Sementara itu, meski pemerintah mati-matian memastikan keberadaan beras plastik hanya hoax, banyak warga yang menemukannya. Setelah warga Bekasi dan Depok, giliran warga RT 02 Lingkungan Bawaq Bagek, Dasan Agung, Kota Mataram, NTB, yang dihebohkan penemuan beras yang diduga beras sintetis atau plastik.
Kejadian tersebut bermula ketika Hj Sahrah mencurigai beras yang dimasak anaknya. Saat dimakan, nasi itu terasa masih mentah, namun bentuknya sudah matang dan menggumpal. ”Rasanya seperti tepung mentah,” kata perempuan lansia tersebut.
Karena khawatir, Sahrah memberi tahu Ulukyah, kader posyandu di lingkungan itu. Pengaduan kemudian disampaikan kepada ketua kader posyandu setempat. (owi/wir/c9/end/rie)