[tie_list type=”minus”]Jika Terbukti Ada Beras Palsu di Kabupaten Bandung[/tie_list]
MAJALAYA – Menyikapi adanya persoalan peredaran beras palsu di masyarakat, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bandung Seproni Hidayat menyampaikan, pihaknya akan melakukan pengkajian tentang persoalan tersebut.
Jika setelah diketahui kejelasannya, setelah itu pihaknya baru akan melakukan tindakan dengan mengeluarkan fatwa atau rekomendasi kepada pihak-pihak terkait. Hal itu juga terlebih dulu harus mendapatkan pengaduan dari pihak lain.
Meski sama-sama mengaku geram, namun Seproni mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki jika harus melakukan tindakan, karena itu bukan ranahnya.
’’Ya kami harus mengkaji dulu dari berbagai sisi, baru nanti bisa mengeluarkan pendapat. Semoga saja di Kabupaten Bandung tidak terjadi persoalan yang serupa,’’ katanya kepada Soreang Ekspres (Grup Bandung Ekspres) saat ditemui di kantornya kemarin (25/5).
Meski begitu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak terlalu khawatir. Karena menurutnya, pemerintah Kabupaten Bandung juga tidak akan tinggal diam. Sampai saat ini, pihaknya belum mendapat pengaduan soal adanya penemuan beras palsu. ’’Namun antisipasi akan tetap dilakukan supaya kaum muslimin tidak menjadi resah,’’ terangnya.
Di sejumlah lokasi di Kabupaten Bandung, masyarakat dan pedagang memang masih merasakan adanya keresahan terkati beras palsu tersebut.
Saat ini, sejumlah warga lebih memilih untuk membeli beras langsung dari tempat penggilingan padi/heleran. Mereka berpendapat kalau dari tempat penggilingan tidak bisa dikatakan palsu, karena dapat langsung terlihat mulai dari gabah yang di giling hingga menjadi beras.
’’Kami awalnya suka beli beras dari pasar. Dengan adanya isu tersebut takut benar adanya, makanya kami beralih membeli dari tukang heleran padi,’’ kata Atam,52, salah seorang warga Desa Biru, Kecamatan Majalaya usai membeli beras dari heleran padi kemarin (26/5).
Atam menyebutkan, dia heran saat ini pemerintah bisa kecolongan dengan adanya isu beras plastic tersebut. Pasalnya, hal tersebut menyangkut kesehatan hajat hidup orang banyak. ’’Makanya, saya bersama keluarga lebih memilih beli beras dari heleran saja biar aman, ketimbang dari pasar,’’ ucapnya.