Itu bukan dasi sembarangan. Sebab, dasi tersebut selalu menemani Azrul selama menjadi commissioner NBL Indonesia dalam lima musim. Dasi itu juga dibubuhi tanda tangan mantan bintang NBA Cedric Ceballos, yang pada 2011 hadir ke Indonesia.
’’Awalnya, saya cuma ingin mengajak foto Mas Azrul setelah final. Pas mau foto, dasi Mas Azrul kurang rapi. Lalu, saya berinisiatif membetulkan. Tiba-tiba Mas Azrul menawarkan dan mengasihkan dasi bersejarahnya itu. Saya senang banget dan pasti nggak nolak lah,’’ tutur Richard, lalu tersenyum.
Sebagai pencinta basket, Richard mengatakan bahwa Azrul dan PT DBL Indonesia sudah berhasil mengangkat derajat basket Indonesia. ’’Dulu, saya waktu bilang anak basket, orang-orang menganggapnya biasa aja. Tetapi, sejak liga dipegang DBL, orang-orang mulai memandang wah dengan olahraga basket di Indonesia,’’ tambahnya.
Richard juga menuturkan, Azrul dan PT DBL Indonesia telah sukses menjawab dengan lunas pandangan remeh serta miring perihal kemampuan mereka mengelola basket di tingkat profesional. ’’Saya jadi saksi sendiri. Awal-awal DBL Indonesia mengambil alih liga, banyak yang meragukan kemampuan mereka. Tapi, seiring berjalannya waktu, Mas Azrul menjawabnya dengan kesuksesan membawa basket menjadi olahraga nomor satu bagi anak muda di Indonesia saat ini,’’ jelasnya.
Sepanjang lima tahun NBL Indonesia, panitia bekerja keras menyulap liga menjadi wah. Untuk pre-game show final, panitia telah mempersiapkannya selama berbulan-bulan. Donny Rahardian, event senior manager PT DBL Indonesia, mengatakan persiapan acara disusun sejak seri IV NBL Indonesia di Surabaya alias Januari lalu.
’’Filosofi kami memberikan yang terbaik untuk yang terbaik demi basket Indonesia,’’ kata Donny.
Persiapan seperti konsep acara, atraksi yang ditampilkan, hingga hal-hal detail seperti lagu yang dipilih tak luput dari perhatian. Namun, bisa dibilang tantangan yang dihadapi kru DBL Indonesia kali ini lebih berat jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Alasan utamanya adalah lokasi venue Hall Basket Senayan, yang memang konstruksinya tidak lebih besar daripada GOR UNY, tempat final musim lalu. Kondisi itulah yang membawa sedikit kendala, terutama untuk pemasangan drop screen serta atraksi aerial dance.