BEBERAPA proyek pembangunan infrastruktur, terutama fasilitas umum, kerap mengorbankan lahan hijau. Hal ini tentu membuat kondisi udara di suatu daerah menjadi gersang dan kotor. Bahkan, menyebabkan pohon tumbang.
Hal ini dikatakan Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat (Jabar) Dandan Ramdan. Menurut dia, penyebab pohon tumbang ada tiga. Takni, akar yang terkikis, cuaca, dan penebangan untuk kebutuhan infrastruktur. Sebab, para pengembang atau warga yang hendak membangun, sering tidak memperhitungkan kebutuhan sesungguhnya dari fungsi pohon.
Dia menjelaskan, penyebab utama pohon hanya tiga faktor itu. Jarang ada pohon yang tumbang karena umur pohon yang sudah tua. ’’Kebanyakan pohon di Bandung malah muda, jarang ada yang 30 (tahun). Paling dua sampai tiga tahunan,’’ kata dia kepada Bandung Ekspres kemarin (10/5).
Mudahnya pohon tumbang juga disebabkan kurangnya kepedulian warga untuk menanam kembali tumbuhan setelah ditebang. Terutama, oleh para pengembang. Seperti yang terjadi di kawasan LL. RE Martadinata. Banyak pohon ditebang untuk keperluan pembangunan trotoar granit, tapi banyak yang belum ditanam kembali. ’’Ada di angka ratusan,’’ kata dia.
Menurutnya, pohon memang sesuatu yang mahal, karena tumbuhnya tidak bisa dibeli oleh waktu. Fungsinya yang menyaring detoks dan karbondioksida yang keluar dari hasil pembuangan emisi kendaraan, tidak bisa digantikan oleh alat manapun. Maka, pohon merupakan aspek terpenting untuk menjaga ketabilan kesehatan lingkungan. Terutama, udara yang menjadi dasar kebutuhan manusia.
’’Baiknya untuk sebuah pembangunan, jaga juga lahan hijaunya. Kalaupun memang harus ditebang, tolong ganti dengan pohon baru,’’ tandas Dadan.
Berdasarkan pantauan Bandung Ekspres, beberapa ruas jalan memang sudah ditanami pohon kembali. Terutama, yang lahannya digunakan untuk trotoar. Namun, tata letak penanamannya tidak sesuai. Tak heran, sering ditemui pohon yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah trotoar, dan merusak trotoar itu sendiri menyerupai gundukan tanah.
Pembangunan trotoar di seputaran jalan utama di Kota Bandung, tentu tampak indah dengan adanya pohon besar yang berjajar. Namun, sebagian besar trotoar, di bawahnya terdapat saluran air kotor, yang berarti ada ruang kosong. Kemudian, bagaimana pohon pohon yang berjejer di trotoar itu tertanam dengan baik, sementara tanahnya dikeruk untuk dibuat lorong saluran air?