Banyaknya perpustakaan desa yang berguguran, menurut Ida, bukan karena disebabkan karena minimnya minat baca masyarakat desa. Namun, kata dia, penyebab utamanya justru karena minimnya pengetahuan pihak pengelola terhadap manajemen pengelolaan perpustakaan yang meliputi strategi pengembangan perpustakaan, promosi, pembuatan rencana kerja, evaluasi hingga penambahan koleksi buku.
”Ternyata dari jumlah ribuan itu, tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Bahkan banyak perpustakaan yang akhirnya mati. Kendalanya banyak tapi yang paling utama penyebabnya karena manajemen pengelolaannya tidak baik,” beber Ida.
Sementara itu, Kepala Desa Cilame Aas Mohamad Asor mengatakan, saat ini di perpustakaannya sudah ada 1.200 buku yang merupakan sumbangan dari donatur, pemprov/Kabupaten, dan masyarakat umum. ”Perpustakaan ini sebenarnya sudah ada sejak 2010 lalu. Hanya saja, saat ini dilengkapi dengan model berbasis IT,” katanya.
Dengan fasilitas baru serta mengedepankan IT, pihaknya akan berkonsentrasi untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dalam melakukan pengelolaan. ”Rencananya nanti akan terpasang 6 komputer sebagai penunjang fasilitas yang digunakan oleh masyarakat dan anak-anak sekolah,” tandasnya. (drx/asp)