BAMDUNG WETAN – Pada tahun 1980an, slackline dikenalkan di Indonesia oleh Haris Sulistyanto yang berkuliah di negara Swiss. Kini, olahraga yang mengandalkan keseimbangan diatas seutas tali itu mulai digemari lagi.
Di Bandung, slackline pernah berkembang hingga akhir tahun 1989. Namun para penggiat slackline saat itu vakum dan olahraga itu mulai ditinggalkan.
Awal tahun 2008, olahraga slackline kembali populer di dunia internasional. Tahun 2011, olahraga itupun merebak ke Indonesia. Mulyana a.k.a Dadeng dari komunitas Pushing Panda, menjelaskan perkembangan slackline di Indonesia. ’’Awalnya di kalimantan, namun populernya terutama di Bandung,’’ ujar dia kepada Bandung Ekspres belum lama ini.
Perkembangan komunitas slackline pun mulai merambah hingga ke pelosok. ’’Perkembangannya terpantau dari Bandung, karena alatnya pada ngambil di sini (Bandung). Di Cilacap juga ada sekarang,’’ katanya
Menurut dia, olahraga slackline yang tergolong ekstrem ini menjadi sangat menarik ketika pelakunya bisa melakukan variasi gerakan baru. ’’Saya sudah empat tahun berlatih, sudah bisa lebih dari delapan trik,’’ jelas dia.
Untuk memulai olahraga ini, tidak ada persyaratan khusus yang harus dimiliki para pemula. Kendala yang akan dihadapi hanyalah ‘kebosanan’, namun akan terbayar dengan adrenalin yang tersalurkan.
Slackline juga melatih kekuatan, fokus, dan keseimbangan karena dituntut untuk beraksi diatas tali yang lebarnya hanya sekitar 10 sentimeter. Dengan panjang tali minimal enam meter dan tanpa pengaman. (mg7/tam)