Media Bisa Cegah Trafficking

Komunitas Red Batik Solo Gelaran Festival of Nation
FAJRI ACHMAD NF/BANDUNG EKSPRES
KHAS BUDAYA: Peserta perempuan dari Komunitas Red Batik Solo pada Gelaran Festival of Nation (FON) di Jalan Ir H Djuanda (26/4). Perempuan punya peran penting untuk keluarga. Oleh karena itu, perdagangan manusia dan kekerasan terhadap perempuan serta anak harus dihentikan. Salah satu caranya dengan menyosialisasikan Gerakan Sadar Media.
0 Komentar

 

[tie_list type=”minus”]Bila Berlaku Bijak dalam Penggunaannya [/tie_list]

COBLONG – Gerakan sadar media bisa mencegah kaum perempuan dan anak dari perdagangan manusia (trafficking) dan prostitusi online. Hal ini diungkapkan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Netty Heryawan.

’’Saya berpikir, harus ada gerakan sadar media. Itu bukan hanya dalam konteks melek media atau tahu menggunakannya. Namun juga harus punya awareness atau kepedulian dalam menggunakan media itu sendiri,’’ kata dia melalui teleconference tentang perdagangan manusia dengan sejumlah daerah, di Kota Bandung, kemarin (27/4).

Baca Juga:Slovakia Minati Produk RISatreskrim Dalami Rekaman CCTV dan Saksi

Dia menuturkan, jejaring sosial yang ada dalam media dalam jaringan (daring) akan menimbulkan dampak yang negatif. Oleh karena itu, penggunanya tidak harus bijak mengunakannya. ’’Bayangkan saja ketika kita melakukan komunikasi di jejaring sosial, kita berkomunikasi tanpa melihat langsung lawan bicara kita. Dan kalau kita tidak hati-hati bisa berdampak bagi kita,’’ kata dia.

Menurut dia, sejak tahun 2009 akhir dan 2010 pihaknya sudah gencar mengajak sejumlah komunitas untuk menggalangkan gerakan sadar media ini. ’’Masyarakat tidak hanya melek media tapi juga bijak menggunakan media massa,’’ kata dia.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa saat ini kasus perdagangan manusia sudah masuk ke ranah atau strata elite. Artinya, tidak hanya masyarakat kelas bawah yang menjadi korban trafficking namun masyarakat kelas atas pun bisa menjadi korban perdagangan manusia.

’’Sekarang diorganisir lebih canggih dengan menggunakan teknologi informasi. Bahwa ada yang mengorganisir perempuan-perempuan dengan kriteria tertentu lalu dimunculkan di beberapa akun jejaring sosial. Tentu ini sudah masuk dalam human trafficking,’’ kata dia.

Selain itu, lanjut Netty, jika kasus perdagangan manusia terhadap perempuan dibiarkan saja, maka hal ini akan berdampak pada defisit jumlah penduduk perempuan. Baik dari segi jumlah penduduk atau anggaran. ’’Harus diingat bahwa setengah populasi dunia adalah perempuan dan perempuan adalah penentu kehidupan, ibu generasi sebuah bangsa,’’ kata dia. (ant/tam)

0 Komentar