Rombongan Pertama Sudah Datang
JAKARTA – Pemerintah berhasil memulangkan sebagian warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak perang di Yaman. Para WNI yang mayoritas santri dan mahasiswa tersebut awalnya enggan dipulangkan ke tanah air. Seperti Zaenal Abidin, 27, mahasiswa tingkat akhir Universitas Darul Ulum Hudaidah. Dua pekan lagi dia harus mengikuti ujian akhir. Namun, dia terpaksa harus pulang karena tidak tega dengan putra semata wayangnya.
Ketika Hudaidah diserang melalui udara, sang anak pun terbangun dan kaget mendengar suara bom. Padahal, rumah kontrakan pria yang menikah dengan sesama mahasiswa itu masih cukup jauh dari lokasi pengeboman. ’’Bayangkan yang tinggal di Asrama kampus. Karena lokasi pengeboman ini dekat dengan kampus,’’ ungkap pria yang sedang mendalami Dirayat Islamiyah itu.
Karena itu, dia mendaftarkan keluarganya dalam program evakuasi. Meskipun, dia belum tentu bisa kembali lagi ke Yaman. Kalau tak kembali, bisa jadi, tujuh tahun menimba ilmu tak menghasilkan ijazah. ’’Saya juga sebenarnya harus mengikuti ujian itu. Karena kalau balik harus pakai biaya sendiri,’’ katanya.
Dia mengatakan, ada beberapa teman yang tak ikut pulang ke tanah air berharap konflik cepat selesai. Mereka menolak karena ingin menuntaskan ujian lebih dulu. Suhendra, mahasiswa asal Lampung yang belajar pada tahun keenam di Universitas Saba, Sanaa, termasuk yang tak ragu mendaftar program evakuasi ke Indonesia meski harus meninggalkan proses wisuda.
’’Kalau ada orang yang bilang ini perang biasa saya tidak setuju. Waktu konflik 2011 saya tidak pulang. Tapi, sekarang saya rasa harus pulang. Karena ada negara lain yang terlibat, jadi skalanya sangat besar,’’ ungkapnya.
Sebanyak 110 orang langsung disambut Menlu Retno Marsudi kemarin (5/4). Rombongan pertama merupakan bagian dari 262 WNI yang dikeluarkan dari Hudaidah, Yaman, menuju Jizan, Arab Saudi. Pada 4 April, rombongan tersebut dipindahkan dengan pesawat Boeing 737 milik TNI AU ke Muscat Oman. Dari sana mereka berangkat dengan tiga penerbangan.