Imbangi Permintaan Tinggi terhadap Dolar
JAKARTA – Akhir pekan kondisi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS sedikit membaik. Berdasar pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik tipis 39 poin atau 0,29 persen jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya. Rupiah menembus level 12.983 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menuturkan, secara garis besar depresiasi rupiah yang sempat menembus level Rp 13.000 tersebut dipengaruhi faktor eksternal. Meski demikian, dia juga menegaskan bahwa di dalam negeri permintaan terhadap dolar AS cukup tinggi. Akibatnya, rupiah terus tertekan.
Agus menguraikan, kenaikan permintaan terhadap dolar AS disebabkan banyaknya transaksi dalam bentuk valas, khususnya oleh pengusaha. ’’Sekarang ini faktor luar negeri berperan. Tapi, permintaan (dolar AS) dalam negeri juga tinggi. Di Indonesia, dunia usaha cukup banyak menggunakan transaksi secara nontunai dalam valas,’’ papar Agus di gedung Kemenkeu kemarin.
Karena itu, Agus mengimbau semua pihak, terutama dunia usaha, mulai menggunakan rupiah dalam bertransaksi. Tujuannya mengurangi tekanan dolar terhadap rupiah. Menurut dia, sudah seharusnya para pengusaha menggunakan rupiah untuk menghormati mata uangnya sendiri. ’’Harus melakukan perubahan paradigma karena kita ingin menjaga martabat rupiah di Indonesia. Juga menciptakan pasar valas yang lebih stabil serta stabilitas sistem keuangan yang lebih baik,’’ paparnya.
Mantan Menkeu tersebut mengakui, banyaknya transaksi valas oleh pengusaha lokal disebabkan mereka kerap melakukan pinjaman luar negeri dengan iming-iming bunga yang lebih murah daripada rupiah. Padahal, penerimaan perusahaan-perusahaan tersebut dalam bentuk rupiah. Di sisi lain, banyak perusahaan itu yang tidak melakukan hedging atau lindung nilai.
Senada dengan Agus, Menkeu Bambang Brodjonegoro menegaskan bahwa sebagian besar pelemahan terhadap rupiah disebabkan tren penguatan dolar terhadap semua mata uang. Termasuk beberapa mata uang seperti yen, euro dan dolar Australia yang memang melakukan pelemahan terhadap mata uangnya sendiri. Secara umum, kondisi Indonesia sebagai negara berkembang (emerging market) masih cukup baik.
Meski begitu, pemerintah tetap akan melakukan upaya terkait hal tersebut. Yang menjadi fokus pemerintah adalah perbaikan current account defisit (CAD). ’’Kita berkomitmen untuk memperbaiki CAD. Mendorong ekspor dan mengendalikan impor. Tapi, kita enggak bisa effort sendirian. Kita harus bersama-sama beberapa kementerian,’’ papar Bambang.