MAJALAYA – Selain para orang tua, pecinta batu akik kini mulai merambah ke kalangan yang lebih muda. Yakni, anak seusia SD. Seperti pengakuan Rendi, murid SDN Jalan Tengah Majalaya, warga Kampung Kondang, Desa Majalaya, Kabupaten Bandung.
Dia tidak mau ketinggalan untuk melingkarkan batu akik di jari manisnya. Rendi mengaku, kesukaannya terhadap batu alam ini berawal dari melihat ayahnya yang mengoleksi batu akik hingga jarinya penuh.
Dia pun merengek kepada sang ayah agar dibuatkan batu akik yang sesuai untuk dipakai di tangannya. ’’Akhirnya ayah memesankan ke tukang batu ali untuk saya,’’ kata Rendi sambil memperlihatkan batu akik jenis pirus di Babakan Majalaya, kemarin (22/2).
Batu akik yang dipakai anak SD itu, dipesan dari pedagang. Sudah lengkap dengan pengikatnya yang terbuat dari logam. Pas dengan jari manis Rendi.
Sementara orangtua Rendi, Hendi mengaku, sengaja memberi batu akik karena anaknya merengek. Selain itu, Hendi melihat teman-teman sekolah anaknya juga memakai cincin batu akik ke sekolah. ’’Kemarin anak saya yang masih duduk di bangku SD itu pamer batu akik,’’ ujar dia.
Diakui Hendi, tren batu akik meluas setelah muncul intruksi pemerintah membudayakan budaya lokal. Seperti, memakai iket dan pangsi yang merupakan ciri khas dan budaya orang Sunda. ’’Nah, setelah budaya adat iket dan pangsi, batu akik mulai beredar dan banyak digemari masyarakat. Termasuk saya,’’ katanya.
Hendi menjelaskan, harga batu akik bervariasi. Mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 700.000. Bahkan, ada pula yang harganya jutaan ada. ’’Kalau bosan, bisa beli lagi. Atau tukar tambah,’’ jelasnya.
Terpisah, penjual batu akik di Babakan Majalaya, Asep mengatakan, bisnis yang dia jalani semakin maju. Padahal, awalnya hanya hobi. Namun, lama kelamaan banyak tertarik hingga ingin membeli. ’’Mulai dari orangtua, dewasa, bahkan anak-anak juga membeli,’’ kata Asep.
’’Misalnya, bapaknya membeli batu akik bareng dengan anaknya. Karena tertarik, anaknya juga ikut ingin dibelikan,’’ tutupnya. (mg16/tam)