Aturan tentang pembentukan BPRS ini ditetapkan dalam PP 49/2013. Kewenangan BPRS tingkat provinsi itu di antaranya inspeksi penegakan hak dan kewajiban pasien dan rumah sakit. Meminta informasi penerapan etika rumah sakit dan etika profesi kepada rumah sakit. Dan kewenangan untuk menindaklanjuti pengaduan untuk penyelesaian sengketa melalui mediasi.
Sementara itu, keluarga Rielda Amanda, salah seorang korban meninggal kasus Buvanest menggelar peringatan tujuh hari meninggalnya Rielda. Beberapa sanak keluarga dari almarhumah Rielda dan sang suami, Ary Avianto pun tampak hadir di rumah duka di Perumahan Cipondoh Makmur, Blok D8 nomor 32 sejak sore. Sejumlah mobil juga terlihat berjejer parkir di depan rumah orang tua almarhum itu.
Acara tersebut dilakukan tertutup untuk awak media. Ary menuturkan, acara peringatan tujuh hari mendiang sang istri hanya akan diisi dengan tahlilan dan pembacaan surat yasin. Acara ini juga dibarengi dengan prosesi akikah untuk bayi perempuannya, Alfatunnisa Natania Arvianda. Karena itu, dia sengaja menyiapkan dua ekor kambing. ’’Yang satu untuk akikah,’’ ungkapnya singkat saat ditemui di kediaman.
Ary terlihat lebih tegar saat memberikan keterangan dibanding sebelumnya. Dia sendiri mengaku telah mengikhlaskan kepergian perempuan yang dinikahinya 2011 lalu itu. Meski tak ditampiknya, hal itu tidak mudah. Apalagi ketika dia tengah bersama sang buah hati. Pasalnya, menurutnya, sang anak memiliki senyum persis dengan almarhumah ibunya. ’’Tapi untungnya, dia (anaknya) tidak pernah rewel,’’ katanya. ’’Mungkin dia juga tahu (ibunya telah meninggal),’’ sambungnya.
Ary menyebut tidak ada penyesalan dengan kepergian Rielda. Menurutnya, semua rencana mereka telah terpenuhi. Mulai dari keinginan memiliki rumah sendiri hingga memiliki seorang anak setelah tiga tahun menjalani proses rumah tangga jarak jauh. ’’Sudah, di Tataka Puri Bitung. Mungkin ngerawat dedek bareng aja yang gak kesampaian,’’ pungkasnya.
Ditemui seusai acara, seorang tetangga korban yang enggan disebut namanya mengatakan jika gelar doa berlangsung khidmat. Kedua orang tua almarhumah turut mengikuti dengan sesekali meneteskan air mata lantaran mengingat putri pertamanya. ’’Ya kirim doa aja. Semoga almarhumah tenang di sana,’’ kata perempuan berumur sekitar 40 tahun itu. (wan/mia/end/hen)