Menurut Adrianus, Suhardi sebaiknya dimasukkan dalam pencalonan Kapolri periode berikutnya. Saat itu, usianya sudah ideal untuk menjadi pimpinan Polri. Lagipula, menurut Krimonolog Universitas Indonesia itu, penempatan Suhardi sebagai Sekretaris Utama Lemhanas justru menguntungkan dia. Suhardi akan lebih banyak berinteraksi dengan lembaga negara lain, sehingga bisa menambah poin plus dia sebagai Kapolri.
Di antara keempat calon Kapolri, Badrodin merupakan perwira paling senior. Menurut Adrianus, pihaknya memang menetapkan standar sisa usia minimum dua tahun bagi calon Kapolri. Namun, khusus untuk Badrodin yang sisa karirnya tinggal 17 bulan ada pengecualian. ’’Karena jabatannya sebagai Wakapolri, maka kami masukkan,’’ ucapnya.
Badrodin memiliki banyak pengalaman memimpin selama berdinas di Korps Bhayangkara. Alumnus Akpol 1982 itu pernah empat kali menjadi Kapolda. yakni, Kapolda Banten dan Sulawesi Tengah (Polda Tipe B), kemudian Kapolda Sumatera Utara, dan Jawa Timur (Polda Tipe A).
Perwira kelahiran Jember itu juga menimba pengalaman saat menjadi Asisten Operasi Kapolri maupun Kabaharkam. Badrodin juga sempat diisukan memiliki rekening gendut, meski belakangan hal tersebut dia bantah dengan menyatakan telah mengklarifikasi PPATK.
Dwi Priyatno yang merupakan rekan seangkatan Badrodin juga perwira yang komplet. Nyaris semua bidang di kepolisian pernah dilakoninya, kecuali reserse dan intelkam. Pria kelahiran Purbalingga itu pernah dua kali menjadi Kapolda tipe A, yakni Jawa Tengah dan Metro Jaya.
Perwira ketiga, Putut, merupakan alumnus Akpol 1984. Karirnya cukup banyak dihabiskan di bidang lalu lintas. Meski begitu, dia juga berpengalaman memimpin Polda. Putut pernah menjadi Kapolda Banten, Jawa Barat (Polda tipe A), dan Metro Jaya.
Sedangkan, Budi waseso merupakan perwira tinggi yang hanya satu kali menjadi Kapolda, itu pun untuk Polda Tipe B. Dia menjabat kapolda Gorontalo pada 2012. Dia juga pernah tersandung masalah saat menjadi Karopaminal, yakni terkena kasus dugaan surat mutasi palsu. Hingga kini Budi Waseso juga belum mencatatkan hartanya di LHKPN. Nama Budi Waseso mencuat setelah menjadi satu-satunya perwira tinggi Polri yang mendampingi BG sejak awal proses fit and proper test di Komisi III DPR.