Pulau Nipah, Wilayah yang Langsung Berhadapan dengan Singapura
Pulau Nipah menjadi kawasan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Singapura. Kini kondisinya jauh berbeda dengan sepuluh tahun lalu.
INDONESIA nyaris kehilangan salah satu wilayahnya. Sepuluh tahun lalu, saat air laut pasang, luas Pulau Nipah di Batam, Kepulauan, Riau, hanya 0,62 hektare. Kondisi itu sangat mengkhawatirkan. Sebab, bila pulau tersebut hilang, luas wilayah Indonesia bisa berkurang.
Sementara itu, di seberang terdapat Singapura yang terus melakukan reklamasi hingga luas daratannya semakin bertambah. Hal tersebut jelas bisa merugikan Indonesia. Bahkan, Pulau Nipah nyaris hilang setelah pasirnya dikeruk dan dijual ke Singapura. Di Pulau Nipah ada titik dasar (TD) dengan kode TD 190 dan TD 190A yang menjadi dasar pengukuran dan penentuan media line antara Indonesia dan Singapura. Hilangnya titik referensi itu dikhawatirkan akan menggeser batas wilayah NKRI.
Kampanye pun dilakukan untuk menyelamatkan Pulau Nipah. Pada 20 Februari 2004, Presiden RI Megawati Soekarno Putri mengunjungi Pulau Nipah dan mencanangkan konservasi Pulau Nipah. Megawati menerakan tapak kakinya di monumen dan menanam pohon Cemara Laut di Pulau Nipah yang hanya tersisa 0,62 hektare tersebut.
Reklamasi itu lalu dimulai dengan beberapa tahap pengerjaan. Yakni, meliputi pembuatan tanggul laut di sekeliling pulau dengan elevasi 5,2 meter sepanjang 4,3 kilometer dan diperkuat tetrapod. Penimbunan pulau juga dilakukan pada tiga zona area. Yaitu, zona utara seluas 15 hektare, zona hutan bakau 12,28 hektare, dan zona selatan 16,19 hektare. Zona hutan bakau berada di antara zona utara dan selatan.
Pengerjaan tahap pertama dilakukan pada April–September 2004 dengan pembuatan tembok laut setinggi 3,5 meter. Pada tahap kedua, yakni Oktober–Desember 2004, perngerjaan pada tahap pertama dilanjutkan. Tahap ketiga baru dilakukan sembilan bulan kemudian, dari September 2005 hingga April 2006. Pada tahap itu, tembok ditinggikan dari 3,5 meter menjadi 5,2 meter sepanjang 3.065 meter.
’’Pulau ini nyaris tenggelam, sekarang sudah menjadi pulau kembali. Ini memberikan efek bagi pemerintah negara. Dengan begitu, di sana banyak aset. Departemen terkait memberi fasilitas seperti solar cell,’’ jelas Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Batam Kolonel Laut (P) R Eko Suyatno.