’’Makanya saya bilang kita akan lakukan tiga tahap,’’ kata pra yang akrab disapa Emil itu. Untuk tahap satu ini, lanjutnya, sudah sepersekian dari hal yang dia harapkan.
Selain mengadopsi desain bangunan film Star Trek, Command Center Bandung juga meniru Korea Selatan. Yakni, dari segi teknologinya. Emil menjelaskan, masih ada dua tahapan lagi untuk menyempurnakan kinerja di Command Center. Harapannya, di 2016 sistem pantauan dan pengumpulan data akan sempurna secara keseluruhan.
Adapun CCTV yang terpasang kurang lebih 68 kamera. Namun, karena ada beberapa kendala, baru tersambung 20 kamera. ’’Jadi itu mah masalah waktu lah. Dalam hitungan minggu juga itu mah udah beres,’’ jelas dia.
Command Center akan diisi15 orang tenaga ahli terknologi, aplikasi komputer dalam sistem jaringan. Untuk saat ini, Bandung menyeleksi 200 calon yang berasal dari seluruh Indonesia. Tapi, mereka semua tidak lantas berstatus PNS. Tapi, dari pihak non PNS yang dipekerjakan Pemkot Bandung. ’’Orang-orang yang (dipilih oleh Pemkot) pintar, canggih, dan bisa membantu kita dalam mengurus Command Center,’’ jelas dia.
Kegiatan yang bisa dipantau operator Bandung Command Centre di antaranya, aktivitas di jalanan Kota Bandung. Baik titik kemacetan, pedagang kaki lima (PKL), dan keberadaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Selain itu, ruang kendali ini juga dapat memonitoring kendaraan yang telah dipasangi GPS. Namun, hal ini baru sebatas tes.
Menurut Emil, hal itu bisa membantu pemerintah menindaklanjuti lalu lintas. Misalnya, di Buahbatu ternyata lampu merahnya mati. ’’Nanti diambil keputusan oleh tim ketertiban. Nongkrong lah dia di Buahbatu. Pengaduan on call,’’ jelas dia.
Tahukah Anda berapa anggaran yang dikeluarkan Pemkot Bandung untuk membangun ruangan canggih ini? Tepatnya ada di kisaran Rp 27 miliar dari Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung. Kepala Bidang Telematika Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Bandung Sri Dian Dhini menjelaskan, anggaran itu untuk membangun fasilitas dan ruangan.
Rincian Rp 27 miliar itu, untuk pengadaan barang jasa, tim teknik, tim pengawas, Rp 15 miliar untuk software. Kemudian, display Rp 4 miliar, CCTV Rp 3 miliar, fibernya juga, dual monitor Rp1 miliar. ’’Kenapa mahal, karena itu beroperasi 24 jam,’’ kata Sri. (fie/tam)