Terowongan Sasaksaat, Bukti Sejarah Peninggalan Belanda yang Masih Digunakan

CIKALONGWETAN – Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menyimpan banyak bangunan bersejarah sisa masa penjajahan Belanda yang tetap bertahan hingga saat ini. Salah satu bukti yang masih bisa disaksikan yakni Terowongan Kereta Api Sasaksaat.

Terowongan kereta yang membentang sepanjang 949 meter dengan tinggi 4,31 meter dan lebar 3,92 meter itu merupakan terowongan kereta api tertua dan terpanjang di Asia Pasifik yang masih aktif hingga saat ini.

Terowongan Sasaksaat sendiri dibangun oleh Staatsspoorwegen antara tahun 1902-1903. Terowongan dengan nomor Bangunan Hikmat (BH) 503 itu berada di jalur Purwakarta dan Padalarang, KBB, pada KM 143+144 antara Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Maswati.

Bangunan terowongan tersebut dibuat secara manual oleh warga yang dipaksa menjadi pekerja rodi membelah perbukitan Cidepong, menggunakan peralatan alakadarnya seperti balincong dan linggis.

Terowongan tersebut dibangun dengan presisi yang tinggi, karena tingkat kesulitan tanah perbukitan di daerah tersebut. Paling tidak ada hitungan kemiringan dan kelokan 16-25 derajat.

Bagian tengah jalur rel pun dibuat agak menanjak dengan tujuan supaya air tanah dari perbukitan di atas terowongan bisa mengalir dan tidak merembes ke bantalan rel. Lantaran bisa menyebabkan besi dan kayu rel mengembang.

“Dari cerita sesepuh di sini pembuatan Terowongan Sasaksaat pada zaman Belanda dikerjakan secara manual dengan alat seperti balincong dan linggis, uniknya jalan terowongan itu bisa presisi,” ungkap Petugas Penjaga Terowongan Sasaksaat Krisna Budirohman (29), Jumat (30/9).

Di dalam terowongan, arsitek tak lupa membuat sleko atau tempat berlindung bagi pekerja saat mengecek terowongan. Total ni terdapat 35 sleko di dalam Terowongan Sasaksaat, terdiri dari 17 sleko di sisi kiri dan 18 sleko di sisi kanan terowongan.

Setiap beberapa jam sekali, penjaga terowongan wajib mengecek bantalan rel baik setelah kereta lewat ataupun sebelum lewat. Hal itu demi menjamin keamanan kereta saat melintas.

“Biasanya 3 jam sekali saya cek ke dalam, ya jalan dari ujung sini ke ujung satunya lagi dan bolak balik. Kadang ada bantalan yang bautnya longgar atau ada kerusakan apa ya langsung diperbaiki. Kalau di tengah tiba-tiba ada kereta ya kita langsung masuk ke sleko,” kisahnya.

Tinggalkan Balasan