Objek Wisata Tak Mampu Bayar Listrik

NGAMPRAH– Pandemi Covid-19 selama beberapa bulan belakangan sempat membuat objek wisata dan hotel di Kabupaten Bandung Barat (KBB) terkena dampaknya hingga harus tutup sementara.

Sejumlah objek wisata yang tersebar di berbagai wilayah, terutama Lembang, membuat pengelola tidak mendapatkan pemasukan apapun namun tetap memiliki pengeluaran setiap bulannya, salah satunya untuk membayar tagihan listrik.

[ihc-hide-content ihc_mb_type=”show” ihc_mb_who=”3,4″ ihc_mb_template=”1″ ]

Berdasarkan data dari PLN UP3 Cimahi, penjualan daya ke sektor wisata dan hotel di Bandung Barat mencapai 0,7 persen dari jumlah pendapatan PLN UP3 Cimahi setiap bulannya.

“Untuk sektor wisata dan hotel di KBB itu hanya 0,7 persen. Sementara KBB sendiri menyumbang 37 pendapatan keseluruhan PLN UP3 Cimahi setiap bulannya,” ungkap Manager Bagian Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan, Moh Nizar Anwaruddin saat ditemui, Senin (6/7).

Selama pandemi Covid-19 yang menyebabkan objek wisata dan hotel di KBB terpaksa tutup sementara selama hampir 3 bulan, membuat pengelola terbebani bahkan mengajukan penangguhan pembayaran listrik.

“Memang ada beberapa yang mengajukan penundaan pembayaran tetapi untuk saat ini belum bisa diakomodir. Program relaksasi hanya dapat diberikan untuk daya 450 dan 900 VA subsidi sampai bulan September 2020, kalau wisata dan hotel ‘kan penggunaan dayanya sangat besar, bukan skala rumahan,” katanya.

Pihaknya mengakui cukup terimbas dari tidak beroperasinya objek wisata dan hotel di KBB hingga membuat penjualan daya ke dua sektor tersebut mengalami penurunan.

“Jelas ada imbas ke kita juga secara tidak langsung, karena penjualan daya itu turun sekitar 10% bila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya,” terangnya.

Saat ini objek wisata dan hotel di KBB kembali bergeliat setelah resmi boleh beroperasi berdasarkan keputusan Bupati Bandung Barat, sejak tanggal 13 Mei lalu. Namun demikian, berbagai syarat yang diterapkan pemerintah daerah masih belum bisa membuat omzet pengelola wisata dan hotel kembali normal.

“Jujur saat tutup itu kita sangat terdampak. Pengeluaran besar sementara pemasukan nol. Misalnya untuk bayar listrik satu objek wisata saja itu puluhan juta, belum pegawai, dan pemeliharaan. Jadi setelah buka ini kita sih yang penting bisa menambal pengeluaran, belum memikirkan keuntungan,” kata pemilik objek wisata The Great Asia Africa, Perry Tristianto. (mg6/tur)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan