Manfaatkan Dua Sumber Air Baru

NGAMPRAH– Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bandung Barat (KBB), PT Perdana Multiguna Sarana (PMgS) menemukan dua sumber mata air baru untuk digarap di tahun depan. Kedua sumber air tersebut berpotensi menghasilkan debit 100 liter per detik, 2 kali lipat dari kapasitas sumber air yang dikelola saat ini.

“Ditargetkan tahun 2020 nanti bisa mulai dimanfaatkan agar menjadi sumber mata air baru untuk menambah debit air untuk memaksimalkan layanan,” kata Direktur Utama BUMD PT PMgS, Denny Ismawan di kantornya, Jalan Gadobangkong, Ngamprah, Rabu (2/10).

Denny menjelaskan, kedua sumber air tersebut saat ini dikuasai baik secara pribadi maupun oleh salah satu perusahaan. Untuk bisa memanfaatkan air tersebut, saat ini pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait.

Dengan penambahan sumber air baru nanti, dia menargetkan pelanggan BUMD bertambah hingga mencapai 10.000 pelanggan dari saat ini yang baru sekitar 4.000 pelanggan. “Tentunya, penambahan debit air ini juga diharapkan bisa mengatasi kekurangan air saat kemarau seperti sekarang,” ujarnya.

Menurut Ismawan, menurunnya debit air saat kemarau memang dialami oleh hampir semua instansi pengelola air bersih di berbagai daerah. Hal ini juga terjadi pada sumber air Cijanggel yang dikelola BUMD. Dari kapasitas normal 50 liter per detik, saat ini hanya 20 liter per detik.

Berbagai penanganan dilakukan, di antaranya dengan membagi jadwal distribusi air terhadap pelanggan sampai menyediakan air bersih melalui aramada tangki ke daerah-daerah yang membutuhkan. “Namun ada kalanya memang, kondisi ini membuat sebagian pelanggan tidak nyaman. Tapi, kami tetap berupaya memberikan pemahaman kepada mereka sesuai dengan kondisi yang ada,” katanya.

Di musim kemarau ini, pihaknya juga rutin melakukan pengecekan terhadap sejumlah pipa BUMD untuk mengantisipasi kebocoran. Hal itu dilakukan agar penyaluran air tetap bisa maksimal ke rumah-rumah pelanggan yang saat ini tersebar di 4 kecamatan, yakni Ngamprah,  Padalarang, Cikalongwetan, dan Cisarua.

Menurut dia, sebenarnya menurunnya debit air di musim kemarau bisa diatasi jika semua pemangku kepentingan, seperti Perum Perhutani selaku pemelihara sumber air, pemerintah daerah selaku pemegang kebijakan, serta BUMD sendiri sebagai pengelola air bersih.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan