Tambah Frekuensi Razia Kendaraan Overtonase

bandungekspres.co.id– Tarif tol Jembatan Suramadu resmi diturunkan 50 persen per 1 Maret 2016. Dengan penurunan tarif itu, pengelola memprediksi arus lalu lintas di atas jembatan tersebut meningkat cukup pesat. Untuk menekan potensi kerusakan jembatan, jumlah razia kendaraan Overtonase (melanggar batas berat maksimal) ditingkatkan.

General Manager Jasa Marga Surabaya-Gempol (Surgem) Raddy R. Lukman menjelaskan, truk dengan muatan melebihi 10 ton per sumbu sangat berpotensi merusak infrastruktur jalan. Itu sudah sering terbukti di jalan-jalan umum. Jika kerusakan semacam itu terjadi di Jembatan Suramadu, dampaknya bisa merembet ke konstruksi jembatan.

”Kami coba menyinkronkan program penertiban itu dengan instansi lain. Tahun ini kami jadwalkan dua kali setiap triwulan,” ungkap Raddy di sela-sela acara HUT ke-38 Jasa Marga yang berbarengan dengan seremoni penurunan tarif tol Suramadu di gerbang Tambakwedi kemarin dini hari.

Instansi-instansi yang dimaksud Raddy, antara lain, Satuan PJR Ditlantas Polda Jatim, Dishub LLAJ Jatim, dan aparat keamanan setempat. Frekuensi razia selama tahun ini bakal meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan 2015. Tahun lalu penertiban truk Overtonase hanya dilakukan tiga bulan sekali. Sedangkan tahun ini, razia dilakukan 1,5 bulan sekali atau delapan kali dalam setahun.

Kerusakan tol akibat kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) lebih dari 10 ton memang masalah pelik Jasa Marga Surgem. Sebagai jalan berbayar yang diklaim bebas hambatan, idealnya tol beraspal mulus. Kenyataannya, permukaan jalan di ruas tertentu rusak. Bergelombang, berlubang, hingga tidak rata. ”Kami dituntut standar pelayanan minimum tinggi dari Badan Pengatur Jalan Tol,” lanjutnya.

Mayoritas kendaraan dengan muatan berlebihan berpotensi mengalami kecelakaan di tol. Sebab, muatan itu akan mengganggu kinerja bagian-bagian kendaraan. Misalnya, ban meletus, baut roda maupun as patah, hingga konstruksi bak muatan bermasalah. Bahkan, ada kasus sambungan truk gandeng terlepas. Akibatnya, kemacetan gara-gara insiden truk kelebihan muatan tidak terhindarkan.

Terkait dengan penurunan tarif tol Suramadu yang mengurangi potensi pendapatan, pria Betawi itu menganggapnya sebagai tantangan. Kondisi serupa pernah dihadapi saat penggratisan kendaraan golongan VI atau sepeda motor pada 12 Juni 2015. Faktanya, ada pertumbuhan lintas harian rata-rata pengguna kendaraan golongan I hingga V pada 2015 sampai awal 2016. ”Dari sekitar 15-an ribu menjadi 16.400 mobil per hari,” terang Raddy. (sep/c11/fat/rie)

Tinggalkan Balasan