Warga Cieunteung Tidak Bosan Ngungsi

19 Kecamatan di Kabupaten Bandung Terdata Rawan Banjir

Datangnya musim penghujan selalu menjadi momok menakutkan bagi warga di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah. Sebab, mereka sudah pasti kebanjiran.

IGUN RUCHIYAT, Dayeuh Kolot

Banjir Cieunteung
FAJRI ACHMAD NF / BANDUNG EKSPRES

RUTINITAS TAHUNAN: Warga menggunakan perahu untuk menembus banjir di Kampung Cieunteung, Jumat (11/12) Lalu. Hingga kini mereka enggan pindah.

KONDISI ini dialami oleh warga Kampung Jambatan RT 07/ RW 10 Kelurahan Andir kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Dari puluhan kepala keluarga penghuni kampung itu terpaksa mengungsi dan bahkan ngontrak di sejumlah lokasi kontrakkan. Sebab, rumah mereka dipenuhi lumpur.

Meski demikian, warga di kampung itu sepertinya sudah terbiasa menderita dan jadi korban banjir tahunan. Kendati sudah beberapa kali ditawari pindah ke lokasi lain, mereka tetap bergeming dan tetap tinggal di sana.

Endang, 45, salah seorang warga Kampung Jambatan mengaku, dia adalah pemilik dari rumah dengan luas sekitar 90 meter persegi. Dengan ukuran yang ada, rumah itu terhitung luas dan megah.

”Kalau kebanjiran terus, seperti tidak punya rumah. Sebab, harus mengungsi,” kata Endang belum lama ini.

Dia mengatakan, rumahnya kerap kebanjiran luapan sungai Citarum. Tiap tahun juga, rumahnya terendam setinggi 1,5 meter.

”Akhirnya jadi terbiasa keluar dari kampung ini. Pas banjir, rumah pasti kosong,” urainya.

Saat dalam kondisi itu, dia mengaku, terpaksa ngontrak rumah di daerah yang tak jauh dari rumahnya. ”Harapannya rumah tetap terpelihara dan masih bisa dikontrol ketika banjir tiba di kampung ini,” tutur Endang.

Dia mengaku, kondisi itu sendiri tidak hanya dirasakan oleh dirinya. Tapi, warga lainnya yang ada di Kampung Jambatan. Sebanyak 15 bahkan 20 kepala keluarga (KK) terkadang serempak meninggalkan rumah untuk mengungsi saat musim hujan tiba.

”Memang begini kenyataannya. Antara betah dan tidak. Tidak betahnya, ya kalau sudah musim hujan deg-degan. Hujan besar ya mengungsi,” tuturnya.

”Ketika sudah ditempat aman, tentunya bukan alasan untuk tidak bekerja. Kebanjiran, bukan alasan tidak kerja,” tambahnya.

Sementara itu, Mohammad Amin, tokoh Kelurahan Andir mengaku, selain bangunan rumah tinggal, bangunan lainnya yang sering tergenang adalah bangunan sekolah dasar. Dia mengatakan, siswanya kerap diliburkan kalau banjir datang. Tak jarang juga, orang tuanya terpaksa memindahkan sekolah anak-anaknya agar bisa sekolah dengan aman dan nyaman.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan