Padi Bioremediasi Dipanen

[tie_list type=”minus”]Kawasan Yang Tercemari Limbah Pabrik[/tie_list]

RANCAEKEK – Sekitar 90 pabrik di Rancaekek, setiap harinya berkontribusi dalam pencemaran lingkungan termasuk pesawahan. Untuk mengantisipasi agar petani, maka saat ini dibuat sistem bioremediasi.

Ketua Paguyuban Warga Peduli Lingkungan (Pawapeling) Bandung Raya Adi M. Yadi mengatakan, pencemaran lingkungan yang paling dominan dilakukan PT Kahatex, PT Insan Sandang Uniter Nusa dan PT Five Star. Khusus PT Kahatex, pabrik tersebut memproduksi sekitar 20.000 mililiter kubik limbah per hari dan diduga dibuang lepas ke sungai Cikijing. Dampaknya, kata dia, mencemari sekitar 1.200 hektar lahan pertanian milik warga. ’’Sementara itu, 400 hektar tidak lagi dapat cocok tanam padi terdiri empat desa, Linggar, Sukamulya, Bojongloa dan Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung,’’ ungkap Adi usai panen padi perdana sistem bioremediasi di Kampung Babakan Jawa RT 01/RW 12 Desa Bojongloa, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, kemarin (5/5).

Diakui Adi, memang ada upaya pemulihan sungai Citarum dari beban pencemaran yang dilakukan oleh pihak perusahaan.’’Nah bermula dari situ, ditarik ke garis sejarah bahwa sampai tahun 1990 padi asal Rancaekek merupakan padi kelas 1 di Jawa Barat. Dengan adanya pabrik yang diduga melakukan pencemaran, maka hilanglah kualitas padi tersebut,’’ katanya.

Dikatakan Adi, pihaknya akan berusaha untuk mencoba memulihkan kembali padi Rancaekek supaya kembali meraih padi kelas 1 di Jabar. Untuk memecahkan masalahnya, timbul solusi dengan menggunakan metode bioremidiasi sebagai metode untuk mengembalikan kontur tanah yang telah terkontaminasi oleh limbah B3 Industri.

Salah satu caranya, menggunakan pupuk kandang sapi, kambing dan pupuk air organik yang dibuat sendiri dari ramuan tumbuhan di sekitar masyarakat. ’’Ada 11 komponen bahan pupuk cair organik seperti kembang bulan, jalantir, babadotan, yang diramu menggunakan media pompa,’’ kata Adi yang mengaku sudah 23 tahun meriset daerah Rancaekek.

’’Kita akan sebarluaskan untuk metode ini. Supaya masyarakat tahu dan tidak ada alasan untuk lahan dialihfungsikan,’’ tambahnya.

Dalam pemanfaatannya, kata Adi, pihaknya mengambil ambil sampel dari lahan seluas 100 tumbak. Lalu, gunakan pupuk cairnya 600 mililiter dicampur dengan 20 liter air bersih untuk satu kali penyemprotan, guna menjaga ketahanan postur tangkai. Kemudian, penyemprotan dilakukan dua minggu sekali dari awal tandur sampai berbuah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan