Bahaya Menyimpang dari Aturan Islam

SALAH satu hikmah puasa adalah menanamkan nilai ketaatan secara totalitas kepada Allah swt. Saat berpuasa, seorang muslim diajak tunduk pada berbagai aturan agama; di siang hari tidak boleh makan dan minum serta berhubungan intim; jika mereka tidak mampu berpuasa karena beberapa alasan, maka harus menggantinya dengan qadha atau fidyah; mereka juga dianjurkan makan di waktu sahur, disunahkan memperbanyak tilawah qur’an, shalat tarawih, bersedekah, zakat fitrah, dan lain-lain. Semuanya mengandung aturan-aturan yang harus dijaga.

Interaksi seorang muslim dengan berbagai macam aturan-aturan itu menjadi proses pembelajaran dan penanaman nilai ketaatan kepada Allah swt.

Memang sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk selalu tunduk pada aturan-aturan Islam. Karena penyimpangan dari aturan Islam berarti melawan keteraturan alam. Sebab seluruh alam telah berislam kepada Allah swt. Perhatikanlah firman-Nya berikut ini,

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (Q.S. Ali Imran: 83)

Seorang muslim pun harus menyadari bahwa menyimpang dari Islam adalah awal kehancuran. Hal ini disebutkan dalam firman-Nya,

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar Rumm: 41)

Selain itu, penyimpangan dari Islam juga akan mengundang murka Allah swt. Al-Qur’an memberikan banyak contoh bagaimana akhir dari bangsa-bangsa yang dimurkai Allah swt akibat penyimpangan yang dilakukannya. Perhatikanlah bagaimana nasib kaum ‘Ad dan kaum Tsamud. Perhatikan pula nasib kaum Nabi Syu’aib dan kaum-kaum yang lain. Sungguh, kekufuran dan penyimpangan adalah sumber malapetaka bagi suatu kaum. Allah swt berfirman,

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (Q.S. An Nahl:112)

Tinggalkan Balasan