Tekan Kelahiran Melalui KB

NGAMPRAH – Laju pertum­buhan penduduk di Kabu­paten Bandung Barat (KBB) setiap tahunnya terus men­galami peningkatan. Sebab, KBB kini telah menjadi dae­rah migrasi baru bagi masy­arakat luar.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Beren­cana Pemberdayaan Perem­puan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) KBB, Asep Wa­hyu mengatakan, Selain se­bagai penyagga ibu kota pro­vinsi faktor lainnya adalah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan semakin baik.

’’Daerah seperti Ngamprah dan Padalarang, sebut dia, kini telah menjadi daerah persinggahan baru bagi para masyarakat pendatang,’’ jelas Wahyu ketika ditemui kemarin (4/4).

Dia menilai, berdasarkan posisi letak geografis ini KBB, menjadi tujuan bagi masy­arakat luar dengan tujuan mencari pekerjaan atau me­lanjutkan sekolah. Meski de­mikian, berbeda dengan daerah wisata seperti Lembang justru masyarakat banyak yang migrasi ke luar daerah.

Hal itu dikarenakan setelah mayoritas tempat tinggal di Lembang, banyak beralih fungsi menjadi tempat wi­sata baru. Sehingga, pendu­duknya lebih memilih pindah ke luar daerah.

Untuk menekan laju per­tumbuhan penduduk, lanjut dia, pihaknya sudah mem­buat program untuk melaku­kan pengendalian kependu­dukan. Keluarga Berencana (KB) dengan berbagai jenisnya akan terus disosialisasikan kepada masyarakat sampai ke pelosok daerah.

Wahyu mengatakan, target dari KB adalah pasangan usia subur (PUS) dengan menekan­kan agar memiliki anak cukup dua saja. Telebih, jumlah penduduk KBB sudah men­capai 1,8 juta jiwa.

’’Program KB selama ini berjalan optimal karena kita sosialisasikan ke setiap dae­rah,’’ kata dia.

Pemerintah daerah berupaya agar tahun 2020 mendatang jumlah penduduk di KBB tidak mencapai angka 2 juta jiwa. Karena angka tersebut terbi­lang cukup besar dibanding­kan dengan luas daerah.

”Peserta KB tahun ini di­targetkan sebanyak 45.842 akseptor. Fokus utama pe­serta KB baru ini menyasar pasangan usia subur terutama bagi mereka yang tidak mau punya anak lagi paska kelahi­ran anak pertamanya,” katanya.

Dia menjelaskan pasangan usia subur ini menjadi sasaran utama lantaran mereka rata-rata masih minim akan peng­etahuan tentang kesehatan reproduksi (kespro).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan