Tak Bisa Saling Klaim Basis Massa Islam

PENGAMAT Politik Univer­sitas Padjadjaran Firman Manan, menilai Joko Widodo-KH.Ma’ruf Amin dan Pra­bowo Subianto-Sandiaga Uno tidak bisa mengklaim atau merepresentasikan basis massa Islam di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di Jawa Barat.

Meskipun di kedua kandidat pasangan capres dan cawapres tersebut, sama-sama didukung oleh partai politik, organi­sasi masyarakat hingga para ulama.

Menurut Firman, fenomena politik yang terjadi saat ini sangat menarik khususnya di Jawa Barat. Karena jika dilihat Ijtima Ulama II tidak bisa di­lepaskan gerakan besarnya 212, dimana salah satu basis massa terbesar dari Jawa Barat yang me­mang pa­da waktu itu cukup kuat.

”2014 Prabowo unggul telak di Jabar 60 persen, kondisi awal kelihatan agak berat Presiden Jokowi menaklukkan Jabar,” tandasnya kepada RM­OLJabar, kemarin (30/9).

Namun kemudian, lanjutnya, terjadi dinamika menarik dan fakta KH Ma’ruf Amin meru­bah peta dengan perlahan-lahan merapat ke Presiden Jokowi. Walaupun sudah ada PKB dan PPP, tetapi Nahdla­tul Ulama memiliki karakter yang tidak bisa diklaim se­cara kepartaian.

Masuknya Ma’ruf Amin dan Yenny Wahid di kubu Jokowi, muncul semacam dua kekua­tan pertarungan dalam konteks basis massa Islam. Satu sisi kekuatan Islam yang diklaim oleh Ijtima Ulama II, mere­komendasikan Prabowo-San­di. Disisi lain kekuatan NU cukup signifikan khususnya di Jawa Barat, ternyata gerbong­nya terlihat akan terkonsoli­dasi di Jokowi-Ma’ruf Amin.

”Artinya apa, tidak ada dari dua pasangan capres dan ca­wapres akan mengklaim atau merepresentasikan kekuatan Islam di Jabar,” ucap Firman.

Langkah kedua pasangan capres dan cawapres mem­perebutkan kekuatan massa Islam, bukan hanya persoa­lan dukungan politik saja.(heri/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan