Nasib Street Library Dibiarkan Nganggur

BANDUNG – Program street library (perpustakaan jalan) yang dicanangkan Ridwan Kamil saat menjadi Wali Kota Bandung, kini bak kehi­langan marwahnya. Bangunan berwarna merah yang terletak di pedestarian jalan itu terong­gok bisu, bagian pintunya tergembok dan di dalamnya kosong tanpa buku.

Pelajar SMK Negeri 3 Bandung, Andini, menyayang­kan kondisi street library hingga seperti itu. Padahal sebut dia jika difungsikan maksimal akan memberikan manfaat yang optimal.

”Bagus sih kan ini program pemerintah untuk mening­katkan budaya literasi,” kata perempuan yang baru beru­sia 16 tahun itu di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, kema­rin (14/11).

Sayangnya si Kotak Merah itu, seolah tak berpenghuni. Tak nampak satu buku pun di dalamnya. ”Sayang banget kan ini udah dua bulan juga yah, terus belum ada bukunya,” ungkapnya menyayangkan.

Dia berharap pemerintah Kota Bandung dapat segera merespon dengan mengisi buku bacaan perpustakaan jalan tersebut. ”Semoga bu­kunya cepat-cepat ada, supaya masyarakat dapat bisa baca, sambil nunggu bis, kan bagus,” pungkasnya.

Sebagai informasi, saat wali kota Bandung Ridwan Kamil. Dia mencanangkan 100 kotak ilmu disebar di 100 titik trotoar jalan protokol.

Kang Emil demikian dia ka­rib disapa, pada saat itu men­gatakan rak buku cantik ber­warna merah akan hadir di beberapa Jalan Kota Bandung. Diantaranya Jalan Asia Afrika, Jalan Cikapayang, Dago, dan lainnya untuk memudahkan masyarakat membaca buku.

Kehadiran street library di Kota Bandung tak lepas dari adanya penurunan minat baca masyarakat Indonesia. Karena sudah terkikis dengan hadirnya smarphone yang lebih menarik dan selalu di­bawa kemana pun.

”Saya sebagai pemimpin daerah khawatir dengan kua­litas SDM Indonesia yang tidak suka baca, tingkat lite­rasinya rendah,” kata Kang Emil di Pendopo, Bandung, Jumat (31/8) lalu.

Bahkan diketahui, masy­arakat Indoensia yang me­miliki hobi membaca di handphone lebih tinggi di­banding dengan baca buku. ”Hobinya baca handphone berjam-jam, bahkan baca berita saja menurut teori hanya 20 detik kesanggupan psikologisnya,” ujarnya.

Menurutnya, generasi yang tidak suka baca lebih mudah diadu domba dan kalah kom­petisi. Maka untuk menganti­sipasi dan merubah kebia­saan warga Bandung agar rajin membaca, ribuan buku inilah yang akan mendekatkan diri kepada masyarakat.

Tinggalkan Balasan