Hanya 12 TBM yang Mendapatkan Pembinaan

NGAMPRAH– Tercatat hanya ada 12 Taman Bacaan Masyarakat (TBM ) di Kabupaten Bandung Barat yang mendapatkan pembinaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bandung Barat. Padahal, di Bandung Barat ada 55 TBM.

Kepala Bidang Perpustakaan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah KBB, Rahadian Setiady menjelaskan, kendati hanya 12 TBM yang dibina, namun minat baca di sejumlah desa meningkat.

“Benar, baru 12 TBM yang kita bina, tapi untuk minat baca masyarakat itu terus meningkat. Sebab, selama ini kita juga memiliki perpustakaan desa (perpusdes) di setiap desa,” kata Rahadian, di Ngamprah, kemarin.

Menurut Rahadian meningkatnya minat baca di sejumlah desa, hal itu juga tidak terlepas dari penambahan Perpusdes. Termasuk kata dia, pada 2018 ini ada penambahan untuk 48 perpusdes baru.

“Di samping hal lainnya, kita juga mendorong agar terus terbangunnya TBM di sejumlah wilayah,” ujarnya.

Rahadian menambahkan, bahwa pihaknya akan mengalokasikan anggaran untuk menambah koleksi buku. Penambahan buku dibutuhkan untuk meningkatkan minat baca di desa.

“Ini salah satu upaya kami untuk mendongkrak minat baca di masyarakat,”ucapnya.

Seperti diketahui, Pemkab Bandung Barat melalui Disparpus Bandung Barat menerima bantuan gubernur (bangub) tahun anggaran 2017 dengan nilai proyek mencapai Rp3,1 miliar. Anggaran tersebut disalurakan untuk bantuan buku di 125 desa Kabupaten Bandung Barat.

Meski demikian, yang menerima bantuan tersebut itu hanya terdiri dari 125 perpustakaan desa, 12 TBM, 9 perpustakaan pesantren, 7 masjid dan 12 komunitas pembaca.

Sementara itu, TBM di sejumlah daerah minim dukungan dari pemerintah. Dengan kondisi tersebut sejumlah TBM tersebut mencari donatur untuk keberlangsungan operasional mereka.

“Memang dukungan pemerintah sangat minim. Tapi, bagi kami TBM ini harus tetap berjalan,” kata Ketua Forum TBM KBB Wildan Awaludin.

Dia juga mengungkapkan, saat ini kegiatan di taman baca ataupun perpustakaan jangan hanya berkutat pada buku bacaan. Namun, kegiatan tersebut justru harus lebih aplikatif, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

“Artinya perpustakaan ini harus dibuat dengan suasana yang menyenangkan bukan malah membosankan,” ungkapnya. (drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan