Areal Sawah Terancam Gagal Panen

SOREANG – Meskipun akan memasuki musim kemarau, curah hujan di wilayah Bandung Raya masih saja terbilang tinggi. Hal ini berakibat terancamnya sejumlah areal sawah di Kabupaten Bandung terancam gagal panen.

Berdasarkan pantau Jabar Ekspres di sejumlah Kecamatan di Kabupaten Bandung ratusan hektar sawah mengalami tergenang oleh hujan. Sehingga, berakibat membusuknya tanaman padi.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, terdapat sedikitnya 3.071 sawah hektar tergenang. Genangan terjadi di beberapa kecamatan, di antaranya Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Cangkuang, Soreang, Banjaran, Rancaekek, Cileunyi, dan Ibun.

’’ Masih banyak yang tergenang,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Heru Kiatno belum lama ini.

Menurutnya, genangan terjadi di Kecamatan Bojongsoang tercatat 1.294 hektar sawah terendam. Rendaman sawah di Bojongsoang masih terjadi hingga hari ini. Selain sawah, genangan juga terjadi di ruas jalan.

Sementara menurut Bendahara Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Ipan Ruspandi mengatakan, terdapat sekitar 400 hektar sawah di Desa Tegalluar. Sehingga, jika kondisi banjir akan mengancam para petani gagal panen.

“Ini pasti gagal panen karena, kan, airnya merembes masuk. Kalau usah kena tendangan biasanya akan membusuk. Tidak bisa dimanfaatkan. Bau,” kata Ipan saat ditemui di Kantor Desa Tegalluar, Bojongsoang

Setiap tahun, musim panen di Tegalluar terjadi dua kali. Namun lantaran kerap menjadi langganan banjir, rata-rata musim panen di kawasan tersebut cuma terjadi sekali. Produksi padi rata-rata perajin daro sekitar 400 hektare sawah cuma mencapai 300 ton. Sementara tingkat produktivitas panen padi ideal setiap tahun mencapai dua kali lipat dari hasil panen rata-rata.

Jumlah petani penggarap yang berada di Desa Tegalluar mencapai 85 persen dari total penduduk. Sedangkan jumlah penduduk yang tercatat mencapai sekitar 5.800 an keluarga yang terdiri dari 20.000-an jiwa.

‘’Kebanyakan tanah di sini juga sudah dijual ke investor karena enggak bisa diharapkan lagi buat bertani. Kalau lagi ada proyek, biasanya petani yang di sini menyambi jadi kuli bangunan,’’ pungkasnya (rus/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan