Produksi Ikan Waduk Cirata Turun

NGAMPRAH – Keberadaan eceng gondok mengakibatkan produksi ikan tawar di Waduk Cirata Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami penurunan produksi hingga 50 persen. Saat ini, seluruh petak kolam ikan para petani tertutupi tumbuhan eceng gondok atau gulma.

Ketua Masyarakat Peduli Cirata Asep Sulaiman mengatakan, banyaknya gulma di kolam, menyebabkan petani sulit memberi pakan. Di samping itu, pasokan oksigen pun sulit didapat. ”Produksi ikan tawar menurun. Sebelumnya dalam setahun kami bisa empat kali panen, dengan adanya eceng gondok ini kami paling tinggi hanya bisa panen dua kali dalam setahun,” katanya kepada wartawan kemarin (26/7).

Asep menyebutkan, eceng gondok paling tinggi menyerang petak kolam petani yang ada di KBB ketimbang daerah lainnya seperti Purwakarta atau Cianjur. Pasalnya, KBB menjadi daerah terakhir tiupan arah angin yang membawa tumbuhan tersebut.

Saat ini, di KBB terdapat 1.400 petani yang mengelola 25 ribu petak kolam ikan baik mas maupun nila. Sedangkan mengenai harga sendiri, sebenarnya sedang bagus dikisaran Rp 20 ribu kilogram. ”Tapi, harga yang tinggi ini terjadi karena memang ikan sulit didapat. Makanya, setelah Lebaran ini kami berencana untuk mengangkut eceng gondok secara manual saja,” ujarnya.

Tumbuh suburnya gulma di Waduk Cirata ini tidak terpengaruh oleh musim. Dengan kata lain, tanaman parasit bagi petani ikan ini bisa tumbuh kapan saja. Terlebih, tingginya sedimentasi di Sungai Citarum. ”Kami sudah meminta bantuan kepada sejumlah instansi agar ada solusi dalam mengatasi eceng gondok ini, tapi masih belum ada jawaban. Baru satu yang merespon itu pun belum jelas realisasinya akan seperti apa,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) KBB, Adiyoto melalui Kabid Perikanan Disnakan KBB Chandra Suwarna menyatakan, keberadaan eceng gondok sangat mengganggu produksi ikan. Sehingga bisa mengakibatkan produksi ikan menurun. Padahal, Kabupaten Bandung Barat menjadi salah satu wilayah penghasil ikan yang banyak untuk didistribusikan ke wilayah lain.

Bila dilihat tahun lalu, kata dia, selama satu tahun, Kabupaten Bandung Barat mampu menghasilkan produksi ikan tawar hingga 43 ribu ton. Dimana 90 persen merupakan hasil dari Kolam Jaring Apung (KJA) dan sisanya 10 persen dari produksi mina padi. ”Hingga bulan Juli tahun ini, jumlah produksi mencapai 21 ribu ton ikan tawar. Angka tersebut gabungan dari produksi mina padi dan KJA,” pungkasnya. (drx/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan