Menanti Penjelajahan N219

 

bandungekspres.co.id– Pesawat N219 siap menjelajahi langit Indonesia. Pesawat berkapasitas 19 penumpang dan dua mesin turboprop ini ditargetkan terbang perdana sebelum Agustus 2016 mendatang.

N219 diproduksi di PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Poses perancangan pesawat ini sudah bergulir sejak akhir 2013, lalu diproduksi pada Mei 2015.

Pertengahan November 2015, PT DI bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tuntas mengerjakan pembangunan desain struktur pesawat N219. ”Target kami, N216 harus bisa terbang sebelum ulang tahunnya PT DI ke-40 pada Agustus 2016 mendatang,” kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso usai acara syukuran berupa potong tumpeng bertepatan selesainya pengerjaan rancang bangun N219 di PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Kamis (12/11).

Dia mengatakan, pesawat angkut ringan ini memiliki keunggulan lepas landas dan mendarat di landasan tidak beraspal. Kemudian, mampu beroperasi di daerah penerbangan perintis. Selain itu dapat terbang rendah dengan kecepatan yang sangat rendah mencapai 59 knot. Sejumlah negara yaitu Thailand, Kanada dan Kroasia berminat memiliki N219.

”Kami menunggu waktu Pak Presiden (Jokowi) untuk meresmikan N219,” kata Budi.

Rencananya dalam waktu dekat Presiden Jokowi akan meresmikan proses roll out atau N219 keluar pertama kali dari hanggar. Setelah itu butuh 6 bulan lagi sebelum terbang, untuk proses uji kelaikan dan sertifikasi.

Di bagian lain, sejak sekitar 2006, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar menggulirkan rencana besar dalam bidang infrastruktur yaitu pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kerttajati Aerocity, di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Selain itu, Pemrpov Jabar pun merencanakan pembangunan paralel dengan BIJB, yaitu tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).

Pengamat ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartibi menyatakan, kehadiran dua sarana infrastruktur itu dapat berefek positif bagi pertumbuhan ekonomi, tidak hanya Jabar, tetapi daerah wilayah Cirebon dan sekitarnya. Acu-sapaan akrabnya- memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di wilayah itu apabila dua sarana infrastruktur tersebut tuntas dan beroperasi, mencapai 1,5 persen.

”Dampaknya, wilayah tersebut memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan Jabar,” tandas Acu baru-baru ini.

Lalu, bagaimana dengan daerah-daerah yang bukan menjadi tujuan atau terlintasi ruas tol Cisumdawu, seperti Sumedang? Acu menilai, sebenarnya kehadiran BIJB dan Cisumdawu bukan menjadi ancaman bagi Sumedang. Namun, agar ekonomi Sumedang dan sekitarnya tetap bergerak dan tumbuh, perlu peran pemerintah daerah. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan