Industri Mebel Serukan Penguatan Made in Indonesia, Dorong Daya Saing Nasional

Industri Mebel Serukan Penguatan Made in Indonesia, Dorong Daya Saing Nasional
Ilustrasi industri mebel di Indonesia. (Dok. Pixabay)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) meminta pemerintah mempercepat penguatan proteksi pasar dalam negeri, membangun sistem ketelusuran (traceability) yang terstandarisasi, serta mengangkat kembali citra Made in Indonesia sebagai strategi kunci memperkuat industri mebel nasional.

Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, menjelaskan di Jakarta pada Jumat bahwa langkah tersebut mendesak dilakukan karena sektor mebel dan kerajinan menyerap lebih dari 2,1 juta tenaga kerja dan menopang jutaan pelaku UMKM di seluruh wilayah.

“Kami hanya meminta kesempatan yang sama untuk bersaing di pasar global yang tidak lagi fair,” ujar Sobur dikutip dari ANTARA, Jumat (5/12).

Baca Juga:Industri Kosmetik Indonesia Melesat, Generasi Muda Jadi Penggerak Ekonomi Kreatif BaruMenembus Pasar Ekspor, Mendag Dorong Petani Genjot Produksi Pangan 

Sobur menegaskan bahwa regulasi hijau internasional, seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR), merupakan suatu hal yang harus dihadapi industri domestic. Namun,

Namun ia menolak jika beban kepatuhan regulasi tersebut diberlakukan secara sama rata tanpa diferensiasi, khususnya kepada UMKM.

HIMKI mendesak pemerintah menyediakan fasilitas traceability dan dokumentasi tunggal yang setara dengan Forest Stewardship Council, memberikan pembiayaan, pendampingan sertifikasi, serta melakukan harmonisasi aturan kayu agar tidak terjadi duplikasi birokrasi.

Industri mebel dalam negeri saat ini juga tertekan oleh derasnya produk asing berharga murah. Kondisi ini disebut berpotensi menggerus daya saing nasional.

“Jika kita tidak bergerak cepat, buyer global akan meninggalkan Indonesia bukan karena kualitas kita tidak baik, tetapi karena tidak kompetitif,” kata Sobur.

Ia juga mengatakan, HIMKI mendorong pemerintah untuk memberikan tarif ekspor prefesial ke pasar utama, serta memperketat penegak aturan antidumping terhadap produk impor yang dinilai masuk secara tidak adil.

Meski tantangan meningkat, HIMKI tetap optimistis. Sobur menyebut bahwa keunggulan terbesar Indonesia ada pada kreativitas dan kekayaan budaya yang tidak dapat ditiru negara lain.

Baca Juga:Jelang Negosiasi ke China, Purbaya dan Danantara Intensif Matangkan Strategi Penyelesaian Utang WhooshDorong Ketahanan Pangan, Menteri Zulhas: Stok Beras dan Jagung Aman, Tanpa Impor!

“Desain dan kerajinan adalah DNA bangsa ini. Kita punya cerita, identitas, dan jiwa yang sudah diakui dunia,” ujarnya.

Untuk memperkuat aspek tersebut, HIMKI mengusulkan pembentukan Center of Design Excellence untuk ekspor kreatif, penguatan branding Made in Indonesia, serta kolaborasi berkelanjutan anatara desainer dan industri di setiap daerah.

0 Komentar