Bandung Masuk Fase Darurat Hidrometeorologi, Cuaca Ekstrem Tak Lagi Insidental

Cuaca Ekstrim, Upaya Pemkot Soal Kota Bandung Masuk Fase Kerentanan Hidrometeorologi Tinggi
Sejumlah pengendara melintasi jalan yang tergenang banjir di Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Minggu (30/11). Sejumlah wilayah di Kota Bandung tergenang banjir setinggi 30 sentimeter akibat diguyur hujan deras pada Minggu siang/Foto/ Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

Farhan memastikan perbaikan darurat dilakukan secepat mungkin, termasuk penutup sementara atap rumah warga serta penyediaan kebutuhan mendesak bagi kelompok rentan, terutama anak sekolah.

“Kami pastikan peralatan sekolah yang rusak diganti agar mereka tidak tertinggal kegiatan belajar,” ujarnya.

Kondisi banjir rutin di Cibaduyut juga mendapat perhatian khusus. Farhan mengakui bahwa upaya permanen belum dapat diwujudkan sepenuhnya lantaran persoalannya berkaitan dengan struktur alami kota. Elevasi Cibaduyut yang lebih rendah dibandingkan wilayah lain menjadikan area tersebut sebagai titik kumpul air.

Baca Juga:Sport Tourism Menggema, Malang Century Journey 2025 Tuntaskan Rute 100 Mile dengan MeriahMisi Kebangkitan Persib Dimulai di Madura: Tiga Poin Harga Mati!

“Perbedaan elevasi membuat debit air dari wilayah utara dan tengah pasti mengarah ke selatan. Solusinya adalah memperbanyak jalur air baru agar volume tidak menumpuk,” jelasnya.

Pemkot Bandung kini meminta seluruh perangkat daerah memperkuat pola koordinasi, termasuk pemantauan harian, kesiapan alat berat, penanganan sedimentasi, serta pemetaan ulang titik rawan yang berpotensi memburuk saat puncak musim hujan.

Menurut Farhan, tantangan-baru hidrometeorologi adalah situasi yang menuntut respons cepat, lintas sektor, dan tanpa jeda.

“Kondisi cuaca tahun ini ekstrem. Kecepatan kita merespons menentukan keselamatan warga. Seluruh jajaran harus dalam kondisi siap siaga setiap saat,” tegasnya.

Dengan masuknya Bandung ke siklus cuaca ekstrem yang lebih tidak menentu, Pemkot menekankan perlunya adaptasi jangka panjang, mulai dari memperkuat infrastruktur drainase, rehabilitasi kawasan hijau hulu, hingga mengubah tata kelola mitigasi bencana agar lebih menekankan pencegahan, bukan semata penanganan setelah kejadian.(dam)

0 Komentar