Selain pelatihan dan sosialisasi, program kerja sama ini juga mencakup penyusunan pedoman identifikasi dini, penguatan jejaring antara sekolah dan aparat keamanan, serta penguatan kurikulum yang berorientasi pada toleransi dan kebhinekaan.
“Sekolah harus menjadi tempat paling aman bagi anak-anak untuk tumbuh sebagai warga negara yang terbuka, menghargai perbedaan, dan memiliki daya tahan kuat terhadap pengaruh ideologi berbahaya,” tambah Asep.
Dengan kolaborasi ini, Kota Bandung diharapkan mampu menjadi model daerah yang serius dalam menangani ancaman penyusupan ideologi berisiko tinggi melalui pendekatan pendidikan. (Dam)
