“Sejak awal 2025 hingga semester ketiga, kami sudah menyensor sekitar 33.000 materi iklan dan film. Ada 12 judul yang tidak lolos sensor, mayoritas karena mengandung pornografi berat dan ditujukan untuk festival film. Untuk film bioskop, hingga kini belum ada yang ditolak sama sekali,” ungkap Husnul.
Produser film sekaligus CEO UWAIS Pictures, Ryan Santoso, memberikan apresiasi tinggi terhadap konsistensi LSF dalam menjaga kualitas tontonan masyarakat. “Kalau YouTube Kids hanya melindungi sebagian anak, LSF melindungi seluruh anak Indonesia. Itu tugas yang sangat besar dan mereka melaksanakannya dengan sangat baik,” ujar Ryan.
Ia juga menyampaikan pengalaman produksi filmnya bersama LSF berjalan lancar tanpa hambatan berarti. “Tidak ada unsur pornografi sama sekali. Hanya ada kekerasan yang masih dalam batas wajar untuk klasifikasi 17+. Tidak ada permintaan revisi tambahan dari LSF,” tutupnya. (bbs)
