DBD Masif di KBB, Angka Infeksi Tembus 1.501 Kasus!

DBD Masif di KBB, Angka Infeksi Tembus 1.501 Kasus!
Waspada Demam Berdarah Dengue (DBD). Dok Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Sebanyak 1.501 warga Kabupaten Bandung Barat (KBB) terjangkit demam berdarah dengue (DBD) sejak Januari hingga 21 November 2025.

Angka tersebut menunjukkan bahwa penyebaran DBD masih masif di sejumlah wilayah. Dari total kasus itu, tiga pasien dilaporkan meninggal dunia, menghasilkan case fatality rate (CFR) sebesar 0,2 persen. Sementara insidens rate (IR) tercatat 88 kasus per 100.000 penduduk.

Plt Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) KBB, Nurul Rasihan, mengatakan peningkatan kasus DBD masih mengikuti pola tahunan, di mana lonjakan terjadi pada awal dan pertengahan musim hujan.

Baca Juga:Cuaca Ekstrem Picu Lonjakan Risiko DBD, Dinkes Cimahi Kerahkan Strategi Pengendalian Jentik Secara MassalLonjakan Kasus DBD Diperkirakan Terjadi November hingga Januari, Pemkot Bandung Klaim Mulai Lakukan Pencegahan

“Penyebaran DBD masih cukup masif, sehingga kewaspadaan dan upaya pencegahan harus ditingkatkan,” ujarnya saat dihubungi, Senin (24/11/2025).

Berdasarkan data dari Dinkes Bandung Barat sepanjang 2025, tren kasus DBD di KBB terbilang fluktuatif. Pada Januari tercatat 189 kasus, kemudian menurun menjadi 152 kasus pada Februari dan 143 kasus pada Maret. Angka itu kembali turun pada April dengan 130 kasus, namun bertambah lagi pada Mei menjadi 145 kasus. Pada Juni, terdapat 123 kasus dengan satu kematian.

Memasuki paruh kedua tahun, kasus kembali meningkat. Juli mencatat 169 kasus, disusul 172 kasus pada Agustus yang juga menyumbang dua kematian tambahan. Pada September, kasus turun ke angka 149 dan kembali turun menjadi 129 kasus pada Oktober. Menurut Nurul, puncak peningkatan biasanya terjadi ketika curah hujan mulai stabil tinggi.

“Saat curah hujan tinggi, populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat. Ini sebabnya kasus melonjak di bulan-bulan tertentu,” katanya.

Dari sebaran wilayah, tiga kecamatan mencatat jumlah kasus tertinggi. Kecamatan Cililin berada di posisi pertama dengan 235 kasus, disusul Cihampelas dengan 162 kasus, dan Sindangkerta dengan 132 kasus. Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah-wilayah tersebut memiliki faktor risiko lingkungan yang cukup kuat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Jika dilihat dari jenis kelamin, penderita laki-laki mendominasi dengan 798 kasus, sementara perempuan mencapai 703 kasus. Adapun berdasarkan kelompok usia, rentang 15-44 tahun menjadi yang paling rentan dengan 625 kasus.

Kelompok usia 5-14 tahun menyusul dengan 358 kasus, diikuti usia 1-4 tahun sebanyak 174 kasus. Kelompok usia di atas 44 tahun mencatat 272 kasus, sedangkan bayi di bawah satu tahun tercatat 17 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa risiko DBD relatif merata di semua kelompok umur.

0 Komentar