Komunitas Action For Life Ajak Gen Z Ubah Literasi Jadi Aksi Nyata

literasi
EDUKASI: Komunitas pemuda Action For Life saat diskusi interaktif bertajuk “ActionTalk: Merajut Aksi Lewat Literasi” di Bhumi Rahsa Coffee & Eatery, Cibiru, Kota Bandung, Jumat (14/11/2025).
0 Komentar

BANDUNG – Komunitas pemuda Action For Life menggelar diskusi interaktif bertajuk “ActionTalk: Merajut Aksi Lewat Literasi” di Bhumi Rahsa Coffee & Eatery, Cibiru, Kota Bandung, Jumat (14/11/2025). Acara yang diikuti mahasiswa dan komunitas kepemudaan ini bertujuan membangkitkan semangat literasi di kalangan Generasi Z (Gen Z) yang dinilai semakin rendah.

Ketua Action For Life, Muhammad Fadhilah Habibuddin, menyatakan bahwa komunitasnya tidak hanya ingin berdiskusi, tetapi juga mendorong pemuda untuk bertindak nyata. “Kami ingin menumbuhkan kesadaran bahwa literasi adalah fondasi aksi sosial dan perubahan. Diskusi ini menjadi titik awal bagi mahasiswa dan pemuda Bandung untuk menghidupkan kembali budaya literasi yang modern, praktis, dan berdampak,” ujar Fadhilah usai acara.

ActionTalk kali ini diharapkan menjadi pemicu bagi peserta khususnya mahasiswa, untuk mengonversi wawasan literasi menjadi aksi konkret bagi masyarakat. “Kami berharap kerja sama lintas komunitas pemuda terus terjalin, sehingga lahir generasi muda yang kritis, berdaya, dan berani beraksi melalui literasi,” harap Fadhilah.

Baca Juga:Economics 360: Jabar Petakan Strategi Ekonomi 8 Persen untuk Indonesia Emas 2045Dedi Mulyadi: Ekonomi Jabar Tembus di Atas Rata-Rata Nasional, Buahnya Baru Terasa 2026

Salah seorang pemateri, Ahmad Maula Hadi, S.H., M.H., menekankan peran pemerintah dalam menyediakan infrastruktur literasi yang memadai. “Partisipasi masyarakat dalam berliterasi tidak akan maksimal jika aksesibilitas tidak terpenuhi. Pemerintah wajib menyediakan sarana itu. Dalam perspektif hukum, literasi juga berarti ‘cakap hukum’, kemampuan memahami dan menggunakan hukum secara cerdas,” tegas Hadi yang juga Dosen aktif Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung ini.

Ia juga mengkritik penggunaan media sosial sebagai medium literasi. “Media sosial adalah tempat bersosialisasi, bukan belajar. Kita tidak boleh bergantung padanya untuk meningkatkan literasi,” tambahnya.

Terkait hubungan dengan negara, Hadi menyarankan sikap pragmatis. “Jika tujuan negara selaras dengan kita, mari bersinergi. Jika tidak, kita tetap bisa memanfaatkan fasilitas negara untuk mencapai tujuan kita sendiri tanpa harus menolak sepenuhnya,” terangnya.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB), Tazzaka Ahsan, menambahkan pandangannya terkait rendahnya minat literasi di kalangan generasi muda. “Sekarang ini kebanyakan orang lebih fokus pada gadget. Hal itu sangat kontradiktif dengan kebiasaan membaca buku. Jangka waktu yang ditawarkan media sosial sangat pendek, sedangkan buku menuntut konsentrasi dan waktu yang jauh lebih panjang,” ujar Tazzaka yang juga sebagai narasumber pada diskusi tersebut.

0 Komentar