Modus Seleksi Sepak Bola, Remaja asal Dayeuhkolot jadi Korban TPPO di Kamboja

Modus Seleksi Sepak Bola, Remaja asal Dayeuhkolot jadi Korban TPPO ke Kamboja
Nenek Siti Rohanah dan ayah korban, Dedi Solehudin, menunjukkan foto Rizki Nurfadhilah (18), remaja Bandung yang diduga menjadi korban TPPO di Kamboja. Foto Agi/Jabar Ekspres
0 Komentar

“Awalnya kami diberitahu dari ibunya tanggal 4 November. Kami kaget sekali. Anak itu katanya berangkat sendiri, tidak dengan teman,” jelas Siti.

Menurut Siti, cucunya mengirim pesan secara sembunyi-sembunyi melalui WhatsApp dan media sosial. Ia mengaku kerap mendapat tindak kekerasan dari para pelaku.

“Katanya disuruh push-up ratusan kali, disuruh bawa galon ke lantai sepuluh. Dia juga dipaksa kerja menipu orang-orang lewat komputer, padahal dia tidak bisa komputer,” tutur Siti.

Baca Juga:Jadi Korban TPPO, Polisi Upayakan Pemulangan Reni Rahmawati dari China Polisi Buru 3 DPO Terkait Kasus TPPO di Sukabumi, Dua Tersangka Telah Ditangkap

Rizki juga mengaku diiming-imingi telepon iPhone setelah beberapa hari bekerja, namun kenyataannya ia justru terus mendapat hukuman fisik karena tidak mencapai target.

Siti pun berharap pemerintah segera menyelamatkan Rizki dan memulangkannya ke Indonesia dalam keadaan sehat.

“Kami sudah berusaha sekuat tenaga. Tinggal berharap pemerintah segera bergerak,” kata Siti.

Sementara itu, Ayah korban, Dedi Solehudin, turut membenarkan bahwa putranya mengaku dijebak oleh seseorang yang dikenalnya dari Facebook.

“Anak saya bilang, ‘Pak, Aa dijebak.’ Katanya dari Medan dibawa ke Malaysia dulu, lalu ke Kamboja. Semua kontak anak juga dihapus sama pelaku,” kata Dedi.

Ia menyebut anaknya dipaksa mencari data calon korban tiap hari jika tidak dapat memenuhi targetnya dia akan kena hukuman.

“Sehari harus dapat 20 orang kayanya. Kalau enggak dapat, dia dipukul,” ujar Dedi.

Baca Juga:Polisi Tetapkan 2 Tersangka atas Dugaan TPPO pada Seorang Wanita di Sukabumi Harapan Pulang ke Tanah Air Belum Jelas, PMI Banjar di Brunei Malah Terjebak Kasus TPPO

Dedi mengatakan pihak keluarga telah melapor ke berbagai lembaga, mulai dari BP3MI Jawa Barat, Disnaker Kabupaten Bandung, hingga Gedung Sate. Namun hingga kini belum ada perkembangan.

“Saya sudah ke mana-mana. Tapi belum ada jawaban. Ini urusannya nyawa. Anak saya tiap hari disiksa. Tolong Pak Presiden, bantu pulangkan anak saya. Jangan diam saja. Saya sudah satu bulan menunggu,” ujarnya.

0 Komentar