JABAR EKSPRES – Gedung Putih dilaporkan tengah menimbang kemungkinan memberikan jalur aman bagi Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, untuk berpindah ke negara lain jika upaya menggulingkannya membuahkan hasil. Informasi ini disampaikan oleh Politico yang mengutip sumber internal pemerintahan Amerika Serikat.
Menurut laporan tersebut, opsi pemindahan Maduro beserta orang-orang terdekatnya ke negara ketiga menjadi salah satu skenario yang didiskusikan oleh para penasihat Presiden Donald Trump. Langkah ini dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi lanjutan Washington apabila Maduro berhasil tersingkir dari jabatannya.
Beberapa negara disebut menjadi tujuan potensial bagi Maduro, termasuk Turki, Rusia, Azerbaijan, serta Kuba. Para pejabat percaya bahwa Turki merupakan pilihan yang layak bagi Maduro jika ia memutuskan untuk meninggalkan Venezuela.
Baca Juga:6 Rekomendasi Motor untuk Ojol di Tahun 2025: Irit, Tangguh, dan Nyaman Untuk BerkendaraMiliter Filipina Tegaskan Loyalitas pada Konstitusi di Tengah Isu Destabilisasi
Selain opsi jalur aman, laporan itu juga menyinggung kemungkinan Amerika Serikat menangkap Maduro dan membawanya ke pengadilan di wilayah AS, sebagaimana diungkapkan oleh salah satu pejabat yang dikutip oleh media tersebut.
Meski pemerintah Trump tetap menjalin komunikasi dengan kelompok oposisi di Venezuela, pihak oposisi belum dilibatkan dalam pembahasan rinci mengenai arah politik negara itu jika pergantian kekuasaan terjadi.
Sebelumnya pada akhir September, NBC melaporkan bahwa militer AS tengah mengkaji rencana serangan terhadap jaringan penyelundupan narkoba yang beroperasi di Venezuela. Kemudian, pada November, Trump menyatakan bahwa masa pemerintahan Maduro “tinggal menunggu waktu,” namun menegaskan bahwa Washington tidak berniat melancarkan perang terhadap Caracas.
Sikap AS ini mendapat penolakan dari Presiden Kolombia, Gustavo Petro, yang pada 21 Oktober mengecam langkah Washington. Petro menuding Trump menggunakan isu pemberantasan narkoba sebagai dalih untuk menguasai Venezuela, terutama terkait kepentingan minyak.
Ia juga menyoroti serangan terhadap kapal yang menewaskan 27 warga Amerika Latin, yang dinilainya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.*
SUMBER: ANTARA
