Ubah Sampah Jadi Tabungan, Ibu-Ibu Rancaekek Bukti Nyata Ekonomi Sirkular

Bank Sampah Saring Seroja: Gerakan Ibu-Ibu Rancaekek Ubah Sampah Jadi Tabungan
Salah satu anggota bank sampah saroja saat memilah sampah. Foto Agi/Jabar Ekspres/
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Dari keprihatinan terhadap banyaknya sampah rumah tangga dan keinginan memberdayakan ibu-ibu di lingkungan sekitar, lahirlah Bank Sampah Saring Seroja di Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Didirikan pada 2017 oleh dua perempuan, Luciana Saptarini dan rekannya, Ibu Uno, bank sampah ini kini menjadi wadah bagi warga untuk belajar memilah dan mengelola sampah sekaligus menabung dari hasilnya.

“Awalnya kami hanya ingin ibu-ibu di sini punya kegiatan positif. Banyak yang sibuk bekerja, tapi ada juga ibu rumah tangga yang tidak berkegiatan. Dari situ muncul ide untuk bikin bank sampah,” tutur Luciana Saptarini, Ketua Bank Sampah Saring Seroja, saat ditemui di sela kegiatan penimbangan sampah mingguan.

Baca Juga:Joan Laporta Tegas Bantah Rumor Kembalinya Lionel Messi ke Barcelona pada 2026Tottenham Siap Tebus Takefusa Kubo Rp1 Triliun, Real Madrid Jadi Pihak yang Paling Untung

Luciana menuturkan, kegiatan bank sampah ini sederhana tapi konsisten. Setiap minggu, warga membawa sampah kering hasil pilahan dari rumah untuk ditimbang.

Sampah itu kemudian dibeli oleh pengurus dengan harga Rp1.000 per kilogram dan dicatat dalam buku tabungan masing-masing.

“Uangnya tidak langsung dibayar, tapi ditabung. Nanti menjelang bulan Ramadan kami bagikan. Dulu ada yang kaget karena dari sampah bisa dapat sampai Rp200 ribu, bahkan Rp300 ribu,” ujarnya.

Dari semula hanya tujuh orang, kini Bank Sampah Saring Seroja memiliki 115 nasabah aktif. Semua pengurusnya adalah ibu-ibu rumah tangga yang bekerja secara sukarela.

“Dulu pengurus cuma empat orang, sekarang sudah sepuluh. Tapi tetap tanpa pendanaan dari mana pun, semua swadaya,” kata Luciana.

Sistem pengelolaannya pun dijalankan mandiri. Setelah sampah ditimbang, pengurus memilah lagi sesuai jenis agar nilai jualnya meningkat sebelum dijual ke pengepul.

Keuntungan hasil penjualan itu kemudian dibagi ke beberapa pos seperti untuk reward nasabah, sedekah ke masjid, bantuan bagi kaum duafa sekitar, dan sedikit bagian untuk operasional.

Baca Juga:Persib Fokus Pertahankan Tren Positif, Dewa United Jadi Target Berikutnya!Ciamis Kembali Jadi Percontohan Nasional, Rombongan dari Kalimantan Datang Belajar Kelola Sampah

“Paling kecil untuk jasa pengurus, itupun setahun sekali cuma Rp100 ribu. Jadi murni sosial,” ujar Luciana.

Kini, Bank Sampah Saring Seroja sudah naik kelas dari tingkat RW menjadi satu kelurahan setelah mendapat SK dari pihak kelurahan. Luciana berharap gerakan ini bisa menular ke wilayah lain.

0 Komentar