“Ada gula, ada semut. Ada investasi, ada perusahaan masuk, otomatis ada pembukaan ruang pekerjaan di Jawa Barat. Tapi persaingannya bukan hanya warga Jawa Barat, melainkan se-Indonesia yang memperebutkannya,” katanya.
Menurutnya, ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pembukaan lapangan kerja baru turut memengaruhi kenaikan TPT.
“Penduduk Jawa Barat setiap tahun makin lama makin tinggi saja. Sekarang sudah mencapai 54 juta penduduk. Pertumbuhan penduduk dengan pembukaan lapangan pekerjaan baru kadang tidak seimbang, sehingga dari sisi persentase kenaikan TPT ini pasti terjadi,” ucapnya.
Baca Juga:Susahnya Hidup Sehat di Era MedsosKorban Ledakan SMAN 72 Kelapa Gading Meningkat Jadi 54 Orang, Kapolda Metro Jaya Turun Tangan
Firman menyebut ada tiga langkah utama yang perlu didorong untuk mengatasi pengangguran, yakni peningkatan investasi, penciptaan wirausaha baru, dan perluasan kesempatan kerja di luar daerah.
“Semakin banyak investasi masuk, semakin banyak perusahaan masuk, maka ruang pekerjaan akan terbuka. Kedua, kita dorong kewirausahaan baru agar masyarakat bisa menjadi pengusaha dan menyerap tenaga kerja. Ketiga, kita dorong pekerja migran, baik ke luar negeri maupun luar provinsi,” katanya.
Dia menambahkan, tingginya investasi di Jawa Barat belum berbanding lurus dengan penyerapan tenaga kerja karena sebagian besar investasi yang masuk berbentuk padat modal.
“Kalau kita melihat jenis investasi yang masuk, kebanyakan bentuknya padat modal. Serapan tenaga kerjanya cukup rendah dan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pun cukup tinggi,” ujar Firman.
BPS: Lulusan SMK Kelompok Pengangguran Tertinggi
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Jabar, Darwis Sitorus menyebut, TPT yang mencapai 1,78 juta orang tersebut didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ini menjadi kelompok pengangguran tertinggi, yakni 12,81 persen.
Dia merinci, angka tersebut meningkat dibandingkan Agustus 2024 yang sebesar 12,74 persen, serta Februari 2025 yang tercatat 12,42 persen.Menurutnya, berdasarkan jenis kelamin, TPT laki-laki tercatat sebesar 6,92 persen, sedikit lebih tinggi dibanding perempuan yang sebesar 6,51 persen. Jika dilihat dari wilayah, pengangguran di daerah perkotaan mencapai 7,19 persen, sedangkan di perdesaan hanya 4,92 persen.
Dari sisi wilayah, Kabupaten Bekasi menjadi daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi, yakni 8,78 persen, sedangkan yang terendah tercatat di Kabupaten Pangandaran sebesar 1,91 persen. Sepanjang periode Agustus 2024 hingga Agustus 2025, 16 kabupaten/kota mengalami penurunan TPT, sementara 11 kabupaten/kota lainnya mengalami kenaikan.
