Imbas Dana Operasional Raib Digondol Penipu, SPPG Pangauban KBB Minta BGN Bantu Biaya Program MBG

Ilustrasi: Jurnalis memotret suasana di depan fasilitas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SSPG) Dapur Panyandaa
Ilustrasi: Jurnalis memotret suasana di depan fasilitas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SSPG) Dapur Panyandaan yang ditutup sementara, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Sejak dana operasionalnya raib akibat penipuan digital, dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pangauban di Batujajar tak lagi mengepul.

Kini, pihak pengelola menaruh harapan pada Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memberikan dana talang agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat kembali berlanjut.

Diketahui, SPPG yang dikelola oleh Hendrik Irawan itu sebelumnya menjadi salah satu dapur andalan dalam program nasional Makan Bergizi Gratis di wilayah Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Baca Juga:CKG dan Speling Terus Digencarkan! Gubernur Jateng dan Wapres Gibran Tinjau Lokasi Pelaksanaan di SalatigaBTN Housingpreneur 2025 Buka Akses Inovator Muda ke Ekosistem Perumahan Nasional

Setiap hari, dapur tersebut memproduksi ribuan porsi makanan yang dikirim ke delapan sekolah dasar dan menengah di wilayah Batujajar. Namun, semua aktivitas itu berhenti total sejak 30 September 2025, setelah dana sekitar Rp1 miliar di rekening operasional mereka lenyap tanpa jejak akibat aksi penipuan digital atau phishing.

Kehilangan dana dalam jumlah besar membuat seluruh kegiatan produksi lumpuh. Dapur yang biasanya dipenuhi aroma masakan dan aktivitas para juru masak kini berubah sunyi. Tak ada lagi hiruk-pikuk pagi hari saat para pegawai menyiapkan nasi, lauk, dan sayur untuk ribuan siswa penerima manfaat program MBG.

“Sejak dana di rekening kami hilang sekitar Rp1 miliar, dapur tidak bisa berjalan sama sekali. Banyak guru dan siswa menanyakan kapan MBG bisa dibagikan lagi. Saya mohon maaf, untuk saat ini memang belum bisa,” ujar Hendrik Irawan, Jumat (7/11/2025).

Menurutnya, hilangnya dana tersebut bukan hanya menghentikan program, tapi juga memukul perekonomian warga sekitar.

Sebanyak 53 pegawai yang terdiri dari tenaga ahli gizi, juru masak, pengemudi, hingga staf administrasi terpaksa dirumahkan. Sebagian besar dari mereka adalah warga lokal yang sebelumnya sangat terbantu secara ekonomi berkat pekerjaan di dapur tersebut.

“Harapan saya, SPPG ini bisa segera beroperasi kembali. Sebab 53 pegawai yang saya pekerjakan semuanya warga setempat, dan mereka sangat terbantu dengan adanya pekerjaan di sini,” katanya.

Hendrik menjelaskan, untuk menjalankan satu dapur SPPG dibutuhkan dana operasional yang tidak sedikit. Setiap harinya diperlukan sekitar Rp70 juta untuk menyiapkan makanan bagi 3.400 penerima manfaat, terdiri dari Rp35 juta untuk pembelian bahan baku dan sisanya untuk membayar tenaga kerja serta biaya distribusi.

0 Komentar