RADAR JABAR – Ryan Routh, pria berusia 58 tahun yang dinyatakan bersalah atas percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump, mengajukan permintaan agar dirinya dipenjara di negara bagian AS yang melegalkan bunuh diri dengan bantuan (assisted suicide). Permintaan tersebut tercantum dalam dokumen pengadilan yang dirilis pada Kamis (30/10).
Selain itu, Routh juga meminta agar hidupnya dapat ditukar dengan kebebasan warga Amerika yang saat ini ditahan di luar negeri. Dalam surat permohonannya, ia menulis bahwa “tidak ada yang lebih terhormat daripada mati demi menukar hidup seorang pria Amerika dengan perempuan Iran yang memperjuangkan hak asasi manusia.”
Routh dinyatakan bersalah pada 23 September 2025 atas percobaan pembunuhan yang terjadi pada 15 September 2024, saat Trump sedang berkampanye untuk pemilihan presiden. Tak lama setelah divonis, ia sempat mencoba menusuk lehernya sendiri menggunakan pena.
Baca Juga:JD Vance Tegaskan Pengujian Nuklir AS Penting untuk Keamanan NasionalPutin Umumkan Keberhasilan Uji Coba Drone Nuklir Poseidon, Klaim Tak Tertandingi di Dunia
Dalam permohonannya, Routh mengaku belum memiliki penasihat hukum baru hingga akhir Oktober dan masih mewakili dirinya sendiri.
“Karena saya belum diberi penasihat hukum baru hingga 23 Oktober 2025 dan masih mewakili diri sendiri, saya dengan hormat meminta untuk ditempatkan di negara bagian yang memiliki kebijakan bunuh diri dengan bantuan,” tulis pernyataannya.
Ia mengaku belum mengetahui penjara mana yang memperbolehkan praktik tersebut, namun berharap ada pihak yang bisa memberinya daftar lokasi yang sesuai.
Routh juga menyampaikan keinginannya agar ada seseorang yang bersedia menukar nyawanya dengan kebebasan seorang tahanan Amerika yang ditahan di luar negeri.
Trump menanggapi vonis terhadap Routh dengan menyebutnya sebagai “momen besar bagi keadilan di Amerika.”
“Tak ada yang lebih terhormat daripada mati karena menukar [nyawa] pria Amerika dengan perempuan Iran yang memperjuangkan hak asasinya,” tulisnya dalam dokumen itu.
Percobaan pembunuhan yang dilakukan Routh merupakan salah satu dari dua insiden serupa yang dialami Trump selama masa kampanye 2024.
Baca Juga:Kevin Durant Bawa Houston Rockets Kalahkan Raptors 139-121, Catat Kemenangan Kedua BeruntunQatar Kecewa atas Pelanggaran Gencatan Senjata di Gaza, Serukan Koordinasi dengan AS
Sebelumnya, Thomas Crooks (20) sempat menembak Trump di telinga dalam acara kampanye di Pennsylvania pada Juli 2024, menewaskan satu penonton dan melukai dua lainnya sebelum akhirnya ditembak mati oleh agen Dinas Rahasia AS.
