JABAR EKSPRES – Pembangunan kembali sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza diperkirakan memerlukan dana sedikitnya 7 miliar dolar AS atau sekitar Rp116,3 triliun, menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam pernyataannya pada Kamis, Tedros mengungkapkan bahwa tidak ada satu pun rumah sakit di Gaza yang beroperasi secara normal. Saat ini, hanya 14 rumah sakit yang masih bisa melayani pasien meski dalam kondisi sangat terbatas.
Ia menjelaskan bahwa wilayah Gaza tengah menghadapi krisis besar di sektor kesehatan, meliputi kekurangan obat-obatan, peralatan medis, serta minimnya tenaga kesehatan. Tedros juga menyerukan kepada negara-negara lain agar membantu dengan menerima pasien dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis yang layak di luar negeri.
Baca Juga:PBB Desak Israel Patuhi Hukum Internasional dan Fasilitasi Bantuan ke GazaHarga Emas Perhiasan Hari Ini, 24 Oktober 2025: Naik Tipis
Berdasarkan data WHO, sekitar 15.000 warga Gaza masih membutuhkan evakuasi medis, termasuk di antaranya 4.000 anak-anak. Sayangnya, sekitar 700 orang telah meninggal dunia sebelum sempat dievakuasi untuk mendapatkan pertolongan.
Di sisi lain, mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 29 September lalu mengusulkan rencana perdamaian 20 poin untuk Gaza. Rencana tersebut menekankan pentingnya gencatan senjata segera dengan syarat pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.
Dalam usulannya, Trump menyatakan bahwa Hamas maupun kelompok bersenjata Palestina lainnya tidak boleh terlibat dalam pemerintahan baru Gaza. Sebagai gantinya, wilayah itu akan dikelola oleh komite teknokrat di bawah pengawasan badan internasional yang dipimpin oleh Trump.
Kemudian pada 9 Oktober, Israel dan Hamas dikabarkan telah menyepakati pelaksanaan tahap pertama dari rencana tersebut guna mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung selama dua tahun di Jalur Gaza.
Empat hari setelahnya, pada 13 Oktober, Trump bersama Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani deklarasi gencatan senjata di Gaza.
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Hamas diwajibkan membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan telah ditahan sejak 7 Oktober 2023. Sebagai gantinya, Israel setuju untuk membebaskan 1.718 tahanan Palestina dari Gaza serta 250 tahanan lainnya yang berada di penjara-penjara Israel.*
