JABAR EKSPRES – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) berencana mengajukan klaim biaya pengobatan dan perawatan bagi para korban keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada Badan Gizi Nasional (BGN).
Langkah ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab dan tindak lanjut atas serangkaian kasus keracunan yang kembali terjadi di wilayah Bandung Barat.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat, Nurul Rasihan, mengatakan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan BGN terkait petunjuk teknis (juknis) pengajuan klaim biaya tersebut. Hal itu penting agar proses administrasi berjalan sesuai mekanisme yang telah ditetapkan secara nasional.
Baca Juga:Ahmad Luthfi Minta Pengusaha Tionghoa Tumbuhkan Ekonomi Baru di JatengGattuso Siap Angkat Kaki dari Timnas Italia Jika Gagal ke Piala Dunia 2026
“Kami sedang berkoordinasi juknisnya seperti apa. Juknisnya kami belum menerima, tetapi mungkin secara umum untuk klaim atau reimburse pasti diperlukan bukti dan data-data pasien yang ditangani,” ujar Nurul belum lama ini.
Nurul menambahkan, langkah pengajuan klaim ini dilakukan setelah BGN menyatakan kesiapannya untuk menanggung biaya pengobatan apabila terjadi kasus keracunan yang disebabkan oleh program MBG.
Hal itu, lanjut dia, sesuai dengan pernyataan resmi BGN yang menegaskan bahwa tanggung jawab terhadap insiden semacam itu berada di bawah kewenangan lembaganya.
“Dari BGN sudah ada pernyataan bahwa jika ada kejadian keracunan akibat MBG, mereka akan bertanggung jawab,” katanya.
Kasus keracunan massal MBG di Bandung Barat tercatat sebagai yang terbanyak se-Jawa Barat hingga saat ini. Kasus terbaru terjadi di Kecamatan Cisarua, yang menambah panjang daftar kejadian serupa di wilayah tersebut sejak program MBG mulai berjalan.
Insiden di Cisarua terjadi pada Selasa, 14 Oktober 2025, ketika sejumlah siswa di SMPN 1 Cisarua mengalami gejala seperti pusing, mual, muntah, dan sesak napas setelah mengonsumsi menu MBG yang disajikan di sekolah. Sehari berselang, pada Rabu, 15 Oktober 2025, gelombang pasien baru kembali muncul dari SDN Garuda dan SMKN 1 Cisarua dengan gejala serupa.
Para korban tidak hanya berasal dari kalangan pelajar, tetapi juga beberapa guru yang turut menyantap hidangan MBG. Penanganan awal dilakukan di posko darurat yang didirikan di SMPN 1 Cisarua, sebelum pasien dengan kondisi berat dirujuk ke sejumlah fasilitas kesehatan seperti RSUD Lembang, RS Cibabat, RSJ Cisarua, dan RS Dustira Cimahi.
