Stunting di Jabar: Pedesaan Turun, Perkotaan Melonjak Tajam

Stunting
ORASI: Ketua Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba SITH ITB, Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, M.S., dalam seminar Peran Mikrobiom dalam Pengembangan Strategi Pencegahan Stunting di STP Function Hall Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat, 3 Oktober 2025.
0 Komentar

BANDUNG – Tren stunting di Jawa Barat (Jabar) menggambarkan kontradiksi mencolok. Angka stunting di pedesaan cenderung menurun drastis, sementara di perkotaan seperti Kota Bandung justru melonjak drastis. Fakta ini terungkap dalam seminar Peran Mikrobiom dalam Pengembangan Strategi Pencegahan Stunting di STP Function Hall Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat, 3 Oktober 2025.

Ketua Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, M.S., menjelaskan, ITB bersama fakultas lain mengembangkan alat antropometri digital untuk mengukur berat dan tinggi badan anak dengan presisi tinggi. “Kesalahan pengukuran tinggi badan bisa mencapai 10 persen. Padahal, selisih 2 cm saja sudah menentukan status stunting. Akurasi sangat krusial,” tegasnya.

Kata Pingkan, alat ini membantu deteksi dini stunting, terutama karena sensitivitas ibu terhadap diagnosis anaknya sering membuat mereka enggan mengunjungi puskesmas. Penelitian ITB itu melibatkan 7 mahasiswa S3, 2 mahasiswa S2, dan 20 mahasiswa S1 yang fokus mengkaji mikrobiom pada anak sehat dan stunting. “Kami menemukan mikroba spesifik sebagai penanda stunting, baik di ASI maupun saluran pencernaan bayi,” jelas Pingkan.

Baca Juga:Jumat Berbagi, PDI Perjuangan Jabar Bagikan Ratusan Porsi Makanan Gratis BYD ATTO 1 Unjuk Kelincahan dan Efisiensi di Uji Lintas Bandung–Garut

Dari penelitian ini, ITB mengembangkan kit deteksi stunting yang lebih akurat ketimbang metode pengukuran konvensional. Selain itu, tim ITB berhasil mengidentifikasi probiotik khas Indonesia dari sampel di Rancakalong (Sumedang), Tasikmalaya, dan Cilengkrang (Kota Bandung). “Probiotik ini unik, dipengaruhi pola makan dan lingkungan lokal, berbeda dari probiotik asing seperti Lactobacillus,” ungkapnya.

Tren Stunting: Desa Sukses, Kota Bermasalah

Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Jabar, prevalensi stunting nasional ditargetkan turun dari 25 persen menjadi 14 persen pada 2025. Di Jabar, daerah pedesaan seperti Garut berhasil menekan angka stunting hingga 14 persen, bahkan beberapa kecamatan mencapai angka impresif 5 persen.

Namun, di perkotaan, khususnya Kota Bandung, angka stunting melonjak dari 25 persen menjadi 30 persen. “Di pedesaan, intervensi pemerintah efektif berkat peran aktif kepala desa dan camat. Sebaliknya, di perkotaan, kami temukan kendala besar berupa kurangnya kesadaran dan edukasi,” terang Pingkan.

0 Komentar