Gejala yang dialami korban beragam, mulai dari mual, pusing hebat, hingga badan lemas dan tidak bertenaga. Kondisi ini memicu kepanikan di lingkungan sekolah. Sejumlah korban dengan gejala yang cukup parah segera dilarikan untuk mendapatkan pertolongan medis intensif di puskesmas setempat dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Kesaksian salah satu korban, Nazwa, siswa kelas 7B, turut menguatkan dugaan adanya masalah pada makanan yang disajikan. Ia mengaku mencium bau tidak sedap pada ayam yang menjadi menu hari itu. “Setelah makan ayam dan sayuran, banyak teman mulai sakit perut. Saya juga merasa mual dan pusing,” ungkap Nazwa.
Pihak sekolah mengambil langkah antisipasi dengan cepat. Dijelaskan bahwa distribusi MBG pada hari itu sebenarnya baru mencakup satu kelas. Kebijakan ini yang mencegah korban menjalar lebih luas. Dari total 608 murid di sekolah tersebut, hanya sekitar 52 orang yang terdampak langsung dan memerlukan penanganan tenaga medis.
Baca Juga:Disdik Irit Bicara Soal Usulan Penghentian Sementara MBG85 Dapur SPPG di Bandung Barat Belum Kantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi!
Guna mencegah terulangnya insiden serupa sebelum ada kejelasan dari pihak berwenang, pihak sekolah bersama Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) Pamarican, yang melibatkan aparat kepolisian, TNI, dan tim kesehatan, memutuskan untuk segera menghentikan sementara distribusi MBG ke kelas-kelas lain.
Langkah ini diambil sambil menunggu hasil penyelidikan resmi dari pihak kepolisian dan dinas kesehatan untuk memastikan standar keamanan dan kebersihan makanan benar-benar terpenuhi sebelum program tersebut diaktifkan kembali. (CEP)
