JABAR EKSPRES — Kasus stunting masih menjadi tantangan serius di Kota Cimahi. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi, Fitriani Manan, menegaskan penurunan berat badan anak yang berlangsung dalam jangka waktu lama berpotensi besar memicu stunting dan memengaruhi tumbuh kembang anak, termasuk tinggi badan.
“Berat badan anak menjadi kurang dalam jangka waktu lama, dia akan menjadi stunting, akan pengaruhi tinggi badannya. Jadi lingkungan itu sangat pengaruh,” ujar Fitriani saat ditemui Jabar Ekspres di ruang kerjanya, Jumat (26/9/2025).
Menurutnya, faktor lingkungan keluarga sangat menentukan. Misalnya, rumah yang tidak memiliki ventilasi memadai atau adanya kebiasaan merokok dari anggota keluarga, terutama ayah, dapat memperburuk kondisi kesehatan anak.
Baca Juga:Stunting di Cimahi Meroket, Pemkot: Pencegahan harus Libatkan Semua Unsur!Lonjakan Stunting di Cimahi Capai 22,3 Persen, Jadi Tertinggi Kedua di Jawa Barat
“Sehingga saluran pernapasan pun sudah agak rentan terkena infeksi, itu TBC, segala macam, itu sangat mudah menjangkiti si anak. Kalau sudah terjadi penyakit seperti itu, penyakit kronis, biasanya berat badannya susah naik. Dalam jangka lama, berat badannya tidak naik-naik, itu akan mempengaruhi tinggi badan. Kalau tinggi badannya sudah di bawah standar, itu kita namakan stunting,” jelasnya.
Fitriani menekankan, intervensi pencegahan tidak bisa dilakukan hanya ketika anak sudah lahir, melainkan harus dimulai sejak pra-nikah atau calon pengantin (catin).
“Termasuk perkawinan ini. Jadi kita intervensinya dari mulai catin. Tadi saya bilang keluarga beresiko stunting itu dari mulai catin,” tegasnya.
Ia menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan screening kesehatan kepada calon pengantin.
“Karena kita harapkan catin itu nanti begitu dia menikah, kemudian dia hamil, dia sudah siap dengan kondisi kesehatannya,” paparnya.
Fitriani menjelaskan, bila ditemukan kondisi calon pengantin dengan hemoglobin (HB) di bawah 12 persen atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, maka yang bersangkutan berisiko tinggi.
Untuk itu, kata dia, calon pengantin dengan kondisi demikian harus mendapatkan pendampingan secara berkala. Mengingat kondisinya berisiko tinggi untuk melahirkan anak yang stunting. “Jadi sejak awal kita sudah cegah,” cetusnya.
