JABAR EKSPRES – Sebanyak 39 calon pelajar dari berbagai penjuru Indonesia mengikuti Ujian Kualifikasi Bahasa Arab yang diselenggarakan oleh Afwaja Center. Ujian yang menjadi gerbang utama untuk melanjutkan studi di Ma’had Bu’uts atau jenjang SMP-SMA Al-Azhar Kairo, Mesir, ini digelar di MAN Darussalam Ciamis.
Para peserta yang berasal dari daerah jauh seperti Sumatera, Sulawesi, Lombok, hingga Jawa Barat tersebut antusias mengikuti tes untuk mengukur kompetensi bahasa Arab mereka. Ujian ini merupakan syarat wajib yang menentukan level kelas yang akan mereka tempati nantinya di Mesir.
Ketua Yayasan Afwaja Center, Ustaz Yumna Ilahi, Lc., menegaskan bahwa standarisasi bahasa Arab adalah hal mutlak bagi calon siswa Al-Azhar. “Mereka harus mengikuti ujian ini terlebih dahulu. Jika hasilnya masih kurang, maka peserta akan mengikuti pembelajaran tambahan sesuai dengan level yang diperoleh,” jelas Yumna, Selasa (16/9/2025).
Baca Juga:PGN Masuk Daftar Top 50 BigCap PLCs, Bukti Konsistensi Tata Kelola BerintegritasINAUGURAL 2.0: Momentum Sakral Pelantikan OXI di Pangandaran, Satukan Ratusan Riders dari Berbagai Wilayah
Terdapat tujuh tingkatan kemampuan yang digunakan, mulai dari level pemula (Mubtadi Awal dan Sani), menengah (Mutawasith Awal dan Sani), lanjutan (Mutaqodim Awal dan Sani), hingga level tertinggi (Mutamayiz). Peserta yang meraih nilai tinggi akan ditempatkan di level Mutamayiz atau Mutaqodim dan berhak mendapatkan sertifikat Ifadah Najah. Sertifikat ini, yang setara dengan TOEFL, menjadi prasyarat untuk mengikuti ujian penempatan kelas di Mesir.
Yumna menambahkan bahwa sistem pendidikan Al-Azhar sangat fleksibel dan tidak mengenal sistem gugur. “Semua peserta pasti lolos, hanya saja penempatannya disesuaikan dengan kemampuan bahasa Arab masing-masing. Penempatan kelas ini murni berdasarkan kemampuan, bukan ijazah atau usia. Jadi, bisa saja lulusan SD langsung masuk SMA, atau sebaliknya,” ujarnya.
Menurutnya, ujian kualifikasi ini terdiri dari ujian tulis dan lisan dengan standar kelulusan minimal 70 persen. Afwaja Center sendiri, sejak awal berdiri di Mesir, telah mengadopsi sistem pondok pesantren. Model pendidikan ini kemudian diterapkan di Indonesia, termasuk di Ciamis, untuk mempersiapkan mental dan akademik calon pelajar.
“Kami memulai dari mendirikan asrama di Mesir dengan pola seperti pondok pesantren di Indonesia. Jadi, anak-anak yang belajar di sini nantinya akan kembali tinggal di asrama saat melanjutkan studi di Mesir. Mereka tidak dilepas begitu saja, melainkan tetap dibina,” ungkap Yumna.
