JABAR EKSPRES – Krisis moneter 1998 yang mengguncang Indonesia kala itu, tidak hanya mengubah wajah ekonomi nasional, tetapi juga kehidupan ribuan pekerja perkebunan di Ciater, Kabupaten Subang.
Saat itu, banyak buruh PTPN VIII kehilangan pekerjaan. Di tengah keterdesakan, mereka mencari cara baru untuk bertahan hidup. Dari situlah deretan warung di sepanjang Jalan Raya Tangkuban Parahu–Subang mulai bermunculan.
Iwan (57), salah satu mantan pemilik warung, masih mengingat jelas masa transisi penuh keterpurukan itu. Selama bertahun-tahun, ia bekerja di perkebunan teh milik PTPN VIII.
Baca Juga:PP Safinatul Qodiri Turut Hadir Dalam Manaqib Dzikir Akbar di At-Taufiq Ciucing GarutDapat Royalti Rp497 Ribu, Ari Lasso: Lebih Baik Saya Lapar Daripada…
“Dulu setiap pagi ada penjemputan kerja ke perkebunan PTPN. Namun, badai krisis moneter membuat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran. Akhirnya kami bikin warung di pinggir jalan,” kata Iwan, Selasa (19/8/2025).
Tanpa gaji dan tanpa keterampilan lain, sebagian mantan buruh memilih bertahan di sekitar perkebunan. Iwan mendirikan kios sederhana dari kayu dan seng di tepi jalan provinsi. Ukurannya seragam hanya 2×4 meter. Namun dari ruang sempit itulah roda ekonomi keluarga kembali berputar.
Pada masa awal, lanjut Iwan, jumlah warung mencapai 60 unit. Para pemiliknya pun memiliki kesepakatan tak tertulis dengan pihak PTPN. Warung boleh berdiri asal pemilik bersedia membongkar kapan pun jika lahan dibutuhkan kembali.
“Dari awal kami sudah tahu ini bukan tanah milik pribadi. Jadi kami sadar sepenuhnya, bisa dibongkar kapan saja,” kata Iwan.
Seiring waktu, geliat wisata di Subang dan Bandung Barat ikut mendongkrak keberadaan warung. Pemandian air panas Ciater mulai populer sebagai destinasi wisata keluarga, sementara jalur Tangkuban Parahu menjadi rute wajib bagi wisatawan. Momentum itu tak disia-siakan warga sekitar.
“Jumlah warung terus bertambah, bukan lagi puluhan melainkan ratusan. Dari sekadar kios kayu, beberapa berkembang menjadi bangunan permanen dari tembok, bahkan ada yang bertingkat dua,” katanya.
“Warung-warung ini menjual aneka makanan, minuman, oleh-oleh, hingga menyediakan tempat istirahat bagi wisatawan,” sambung Iwan.
Baca Juga:Meriahkan HUT ke-80 RI, ibis Bandung Pasteur Gelar Family Fun Walk Penuh SemangatBukan Sebatas Wadah Solidaritas, 234 SC Buktikan Aksi Sosial Nyata Peduli Kemanusiaan
Menurutnya, dereran kios itu akhirnya menjadi pemandangan khas jalur Tangkuban Parahu–Ciater.
