Membedah Film Animasi Merah Putih: One for All, Hasil Comot Aset 3D di Internet?

Membedah Film Animasi Merah Putih: One for All
Membedah Film Animasi Merah Putih: One for All
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, industri perfilman Tanah Air kembali menghadirkan sebuah judul baru yang menarik perhatian, Merah Putih: One for All (2025). Sejak trailer film ini dirilis, banyak penonton langsung membandingkannya dengan Jumbo. Namun, yang menjadi sorotan bukan hanya alur ceritanya, melainkan juga aspek biaya produksi dan proses pembuatan animasinya.

Mengutip dari channel Youtube Yono Jambul, film animasi Merah Putih: One for All mengungkapkan bahwa sebagian animasi dalam trailer tersebut diduga menggunakan aset siap pakai yang dibeli dari platform online, khususnya Daz3D. Sebagai contoh, adegan jalan yang ditampilkan disebut memakai aset Street of Mumbai, yang memang tersedia sebagai model siap pakai dan bukan hasil pembuatan khusus oleh tim produksi.

Daz3D sendiri adalah platform yang menyediakan aset 3D siap pakai, mulai dari karakter, properti, hingga lingkungan (environment), layaknya “lego digital” yang dapat langsung digunakan di berbagai perangkat lunak animasi.

Baca Juga:Harga Mobil Listrik EV Anjlok Makin Murah, Konsumen Rugi hingga Rp180 Juta5 Aplikasi Edit Foto Terbaik 2025 untuk iOS dan Android, Lengkap dengan Fitur AI

Dalam industri animasi profesional, lazimnya studio membuat aset mereka sendiri atau setidaknya melakukan kustomisasi signifikan agar animasi memiliki ciri khas dan kualitas tinggi. Proses tersebut tentu membutuhkan tenaga ahli, waktu, dan biaya besar.

Hal ini membuat sejumlah penonton cukup terkejut, terutama mereka yang terbiasa menyaksikan animasi lokal dengan kualitas tinggi seperti Jumbo. Sebagian menganggap animasi Merah Putih terasa kurang berjiwa dan sedikit “kosong”. Walaupun aset tersebut kemungkinan telah mengalami penyempurnaan, tetap sulit menghilangkan kesan bahwa animasinya tidak sepenuhnya dibuat dari nol dengan detail dan usaha maksimal.

Hal inilah yang membuat publik bertanya-tanya, bagaimana mungkin anggaran produksi film tersebut bisa mencapai Rp6,7 miliar? Film animasi berdurasi 70 menit ini memang terbilang ambisius. Menurut pernyataan Produser Eksekutif Sonny Pudjisasono, total biaya produksi mencapai angka tersebut, seperti tercantum dalam unggahan Movreview yang kemudian dibagikan ulang oleh Toto Soegriwo di Instagram.

Pertanyaan pun muncul, apakah sebagian besar dana itu dialokasikan untuk storytelling, musik, tata suara, pemasaran, atau justru untuk proses pascaproduksi? Atau mungkin ada pos pengeluaran lain yang belum diungkap ke publik? Hingga kini, Perfiki Kreasindo selaku rumah produksi belum memberikan penjelasan resmi mengenai rincian anggaran maupun proses produksinya.

0 Komentar