UNAIDS pun memberi peringatan bahwa tren kasus HIV di Indonesia merupakan salah satu yang paling mengkhawatirkan di kawasan Asia-Pasifik. Banyak wilayah, terutama daerah terpencil, masih kesulitan akses tes dan pengobatan.
HIV memang belum bisa disembuhkan, tetapi terapi antiretroviral (ARV) terbukti mampu menekan jumlah virus hingga tidak terdeteksi dan mencegah penularan. Masalahnya, distribusi ARV dan akses pengobatannya belum merata di seluruh Indonesia.
Kemenkes RI saat ini menggencarkan layanan skrining dan pengobatan di puskesmas, rumah sakit, dan komunitas. Namun tantangannya besar: perlu waktu, tenaga, dan dana yang tak sedikit untuk menjangkau seluruh pelosok negeri.
Baca Juga:Viral Nomor 1500877 Bahaya! Ini Penjelasan Lengkapnya Viral Aksi No Encore di Konser JKT48, Ini Arti dan Alasannya
Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, dr. Pandu Riono, menekankan bahwa deteksi dini adalah kunci.
“Semakin cepat seseorang tahu status HIV-nya, semakin besar peluangnya untuk hidup sehat dan mencegah penularan ke orang lain,” tegasnya.
Selain itu, kampanye bebas stigma, edukasi seksual komprehensif, dan pelibatan komunitas muda dan kelompok rentan menjadi langkah penting untuk membendung laju penyebaran.
Lonjakan kasus HIV di 2025 adalah realita serius yang tidak bisa diredam dengan diam. Indonesia memang tengah memasuki zona merah darurat HIV/AIDS, dan jika tidak segera ditangani secara menyeluruh baik dari sisi medis, sosial, maupun edukatif kita bisa menghadapi krisis kesehatan yang jauh lebih besar dalam beberapa tahun ke depan.