JABAR EKSPRES – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemen Ekraf) memperkuat kolaborasi bilateral dengan Prancis dalam bidang fesyen dan kriya. Kolaborasi ini dilakukan melalui acara Indonesian-French Seminar on Fashion and Craftsmanship di Institut Français d’Indonésie (IFI), Jakarta, Selasa (29/06/2025).
Wakil Menteri Ekraf, Irene Umar, menyoroti pentingnya agar kolaborasi internasional memberikan hasil konkret bagi para pelaku industri. Hal tersebut dilakukan melalui transfer pengetahuan, membuka peluang usaha, serta penguatan ekosistem yang benar-benar dirasakan oleh komunitas industri kreatif.
“Pertukaran talenta, lokakarya kolaboratif, dan co-creation produk menjadi elemen kunci dalam mendorong subsektor fesyen dan kriya sebagai the new engine of growth sekaligus mendukung peningkatan daya saing ekraf secara global,” papar Irene Umar, dikutip dari Antara News, Rabu (30/7/2025).
Baca Juga:Sumsel Siaga! Menkopolkam Minta Pemda Tangani Karhutla Serius dan TerpaduDana PIP Dikuasai Sekolah? SMK Pasundan Rancaekek Diduga Pegang Rekening Siswa
Irene menjelaskan perlunya untuk menggunakan pendekatan dengan melibatkan berbagai pihak dalam kerja sama internasional. Dalam konteks ini pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media berperan penting dalam mengoptimalkan dampak dari program ini.
Menurutnya, hubungan bilateral kreatif antara Indonesia dan Prancis ini sudah berlangsung semenjak akhir bulan Mei 2025. Itu bermula dari kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Jakarta MoU yang berisikan kerja sama dalam sektor fesyen, kriya, desain, film, dan game berhasil ditandatangani.
Sebagai bentuk konkret dari kerja sama itu, Indonesia melalui program PINTU Inkubasi, telah mengadakan acara Residency Program dan Focus Week di Jakarta dan Yogyakarta. Kedua acara tersebut menyediakan platform bagi kedua negara untuk bisa berkolaborasi secara kreatif.
Tak hanya itu, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, H.E. Fabien Penone berpendapat bahwa bidang kreatif efektif untuk digunakan sebagai alat diplomasi dan juga bisa mendorong integrasi bangsa.
Ia menyebut, kolaborasi budaya ini bukan sekedar suatu ekspresi, tapijuga berfungsi sebagai metode untuk menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan inklusif.
“Kami percaya bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga kekuatan yang mampu menyatukan bangsa-bangsa dan membuka peluang baru dalam kerja sama global,” tutur Fabien.
Sementara itu, Ketua Jakarta Fashion & Food Festival (JF3), Soegianto Nagaria turut menegaskan program PINTU berfungsi sebagai ruang tumbuh bagi seluruh seniman di berbagai bidang dari Indonesia dan Prancis.
